REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dapat menjadi pilihan bagi pasangan suami-istri yang sulit memiliki momongan. Namun, demikian tidak semua program bayi tabung bisa berhasil.
Di Indonesia, tingkat keberhasilan program bayi tabung mencapai angka 1:3. Angka tersebut berdasarkan data Kemenkes 2016, di mana total terdapat tujuh ribu siklus bayi tabung dengan 6.092 siklus baru berhasil sebanyak 1.702 siklus.
Dalam memaksimalkan kesuksesan program bayi tabung, ada hal yang perlu diperhatikan, terutama bagi pasien poor responder. Salah satunya dengan menjalani perawatan peremajaan organ reproduksi.
Pasien yang kurang baik dalam merespons program IVF juga perlu melengkapi kebutuhan nutrisi dengan konsumsi obat-obat adjuvan atau suplemen, seperti dehydroepiandrosterone (DHEA), coenzym Q10, dan injeksi hormon pertumbuhan. Lalu, konsumsi multivatimin seperti zink dan injeksi vitamin C serta melakukan prosedur PRP (platelet rich plasma) yang telah direkomendasikan oleh dokter.
"Adjuvan berguna untuk peremajaan organ reproduksi calon ibu dan menunjang efektifitas program bayi tabung terhadap pasien poor responder," kata CEO Morula Indonesia, dr Ivan Rizal Sini dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (25/6/2022).
Penambahan multivitamin atau antioksidan, menurut dr Ivan, bermanfaat melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Suplemen tersebut bisa diberikan secara oral atau injeksi.
Menurut sebuah tulisan yang diterbitkan dalam jurnal medis Upsala Journal of Medical Sciences, DHEA adalah hormon steroid endogen yang diproduksi terutama di kelenjar adrenal, gonad, dan otak. DHEA dapat meningkatkan folikel karena mampu meningkatkan produksi dari insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan meningkatkan produksi estradiol dalam sel granulosa, bertindak sebagai prekursor androstenedione dan testoteron dalam sel ovarium.
Selain itu, praperawatan dengan DHEA dapat mengurangi embrio aneuploid (tidak normal), yaitu dengan memperbaiki lingkungan mikro ovarium di mana pematangan folikel terjadi. Ini dapat mengoptimalkan proses bayi tabung.
Sementara itu, zink, menurut dr Ivan, diperlukan untuk mengatur fungsi hormon yang memastikan ovulasi teratur dan terjadi pembuahan. Coenzyme Q10 dapat melindungi sel telur dari efek radikal bebas.
Di salah satu jurnal ilmiah disampaikan bahwa coenzyme Q10 bermanfaat dalam meningkatkan kualitas sel telur, kualitas ovulasi, dan angka kehamilan. Coenzyme Q10 juga berperan dalam menurunkan angka keguguran dini.
"Sementara hormon pertumbuhan berperan pada fungsi ovarium, dapat meningkatkan kematangan sel telur dan jumlah embrio yang bisa ditransfer pada pasien dengan kondisi poor responder dan bermanfaat bagi kasus-kasus bayi tabung yang gagal berulang," kata dr Ivan.