Senin 27 Jun 2022 11:44 WIB

Uni Afrika Serukan Penyelidikan Tewasnya 23 Migran di Perbatasan Maroko-Spanyol

Sekitar 2.000 migran Afrika mencoba menyeberangi pagar perbatasan militer pada Jumat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Para migran memanjat pagar yang memisahkan daerah kantong Spanyol Melilla dari Maroko di Melilla, Spanyol, Jumat, 24 Juni 2022. Puluhan migran menyerbu penyeberangan perbatasan antara Maroko dan kota kantong Spanyol Melilla pada hari Jumat dalam serangan pertama sejak Spanyol dan Maroko mengakhiri hubungan diplomatik bulan lalu.
Foto: AP Photo/Javier Bernardo
Para migran memanjat pagar yang memisahkan daerah kantong Spanyol Melilla dari Maroko di Melilla, Spanyol, Jumat, 24 Juni 2022. Puluhan migran menyerbu penyeberangan perbatasan antara Maroko dan kota kantong Spanyol Melilla pada hari Jumat dalam serangan pertama sejak Spanyol dan Maroko mengakhiri hubungan diplomatik bulan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat menyampaikan keprihatinan atas tewasnya puluhan migran Afrika yang berusaha menyeberang dari Maroko ke daerah Melilla di Spanyol. Dia menyerukan agar peristiwa itu segera diselidiki.

"Saya mengungkapkan keterkejutan serta keprihatinan saya yang mendalam atas perlakuan kejam dan merendahkan terhadap para migran Afrika yang berusaha melintasi perbatasan internasional dari Maroko ke Spanyol, dengan kekerasan berikutnya yang menyebabkan kematian sedikitnya 23 orang dan melukai lebih banyak lagi," kata Mahamat lewat akun Twitter resminya, Ahad (26/6/2022), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Menurut dia, kejadian itu tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. “Saya menyerukan penyelidikan segera atas masalah ini dan mengingatkan semua negara tentang kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk memperlakukan semua migran dengan bermartabat serta memprioritaskan keselamatan dan hak asasi mereka, sambil menahan diri dari penggunaan kekuatan yang berlebihan,” tulisnya.

Sekitar 2.000 migran Afrika, kebanyakan asal Sudan, mencoba menyeberangi pagar perbatasan militer pada Jumat (24/6/2022) pekan lalu. Mereka kemudian diadang pasukan keamanan Spanyol dan Maroko yang melakukan aksi represif. Tindakan kekerasan menyebabkan 23 migran tewas. Sementara organisasi Walking Borders mengklaim, sedikitnya 37 orang meninggal dalam kejadian tersebut.

Pada Ahad lalu, Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko (AMDH) menerbitkan sebuah gambar yang menunjukkan pihak berwenang dari negara Afrika Utara itu menggali sekitar 20 kuburan. AMDH memprediksi kuburan itu dimaksudkan untuk para migran yang meninggal dalam kekacauan di perbatasan.

Sejumlah organisasi nonpemerintah telah merilis pernyataan bersama menuntut penyelidikan atas kejadian tersebut. AMDH pun secara khusus memohon agar jenazah para migran tak dikubur tanpa penyelidikan.

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez tak mengomentari tentang tewasnya puluhan migran di perbatasan negaranya dengan Maroko. Dia justru mengapresiasi kerja sama kedua negara di perbatasan. Menurutnya, upaya migrasi massal itu “diselesaikan dengan baik”.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement