Bawang Hitam, 'Tambang Emas' UMKM Sleman di Tengah Pandemi

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq

Niken Parwati Kinanti, salah satu peserta Mojog Fest di taman kuliner, Depok, Sleman, sedang mempromosikan produk bawang hitam ke pelanggan.
Niken Parwati Kinanti, salah satu peserta Mojog Fest di taman kuliner, Depok, Sleman, sedang mempromosikan produk bawang hitam ke pelanggan. | Foto: Muhammad Noor Alfian

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dua tahun lebih pandemi Covid-19 merebak, selama itu pulalah pengusaha, khususnya para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terpaksa gulung tikar karena kesulitan memasarkan produknya. Namun, ada UMKM yang tetap eksis dan menaikkan omzetnya ketika pandemi.

Salah satunya pelaku UMKM, Aray 34 dengan produk bawang hitam asal Depok, Sleman, DIY. Niken Parwati Kinanti, atau biasa dipanggil Niken adalah pemilik usaha makanan bawang hitam yang berkhasiat meningkatkan imun tubuh. Ia bertahan dengan memasarkan produknya di media sosial. Mulai dari Instagram dan Facebook sejak Juli 2018.

Niken adalah seorang ibu rumah tangga biasa seperti pada umumnya, namun ia memang gemar melakukan kegiatan yang dapat menambah penghasilan rumah tangga. Mulai dari menjual lotek hingga loundry, namun pandemi memaksa bisnis sampingan itu tutup sehingga ia harus memikirkan usaha lain.

“Awalnya saya mulai bisnis ini tuh memang tidak sengaja. Waktu itu karena saya diminta oleh ibu karena kata ustaznya di pengajian bawang hitam bisa mengurangi kolesterol dan gula darah punya ibu saya” katanya, saat ditemui pada gelaran Mojog Fest di taman kuliner Depok, Sleman.

Dari modal Rp 200 ribu, percobaan demi percobaan dilakukan oleh Niken untuk membuat bawang hitam. Setelah beberapa kali kegagalan, akhirnya di percobaan ketiga berhasil membuat bawang hitam dengan rasa yang tepat.

“Dari ustaznya ibu cuma dikasih teorinya, nah saya coba bikin sesuai teori itu, plus cari-cari di Google. Namun dari percobaan pertama dan kedua gagal total. Untungnya, ketiga kalinya itu berhasil dan rasaya pas,” ungkapnya.

Setelah berhasil, Niken mencoba mengirimkan hasil bawang hitam tersebut kepada ibunya. Sembari menunggu kabar ibunya bagaimana pengaruh bawang hitam terhadap kesehatannya, apakah berpengaruh atau tidak.

“Saya kirimkan kepada ibu 250 biji bawang hitam di Purwokerto karena begitu ibu pensiun tinggal di sana. Alhamdulillah dari rekam medis yang tadinya tidak beraturan berubah jadi stabil dan normal,” katanya.

Mulai dari sana, ibu saya yang promosi ke teman-temannya. Dari situ mulai banyak teman-temannya juga memesan bawang hitam. Ibuku pun menyarankan untuk memproduksi lebih banyak sekaligus untuk menolong orang lain.

Namun setelah mengecek harga di internet ternyata masih mahal. “Ibu menyarankan untuk diproduksi asalkan jangan terlalu mahal harganya, kalau mahal-mahal itu kasihan banyak orang yang butuh dan cocok tapi tidak bisa beli karena terhalang sama harga yang mahal. niatnya, mudah-mudahan banyak membantu orang sekaligus jadi berkah buat kami,” ujarnya.

Ia lantas bercerita, pernah ada pelanggan unik yang membeli produknya. Pelanggan tersebut telah menderita maag akut menahun yang tidak sembuh setelah berobat di mana-mana.

“Pernah ada orangnya rewel banget dan masih muda tapi punya penyakit maag yang takut sekali kalau makan pedas sedikit langsung sakit sekali. Mungkin karena terkendala harga dan sudah menghabiskan banyak biaya untuk berobat sehingga ada rasa tidak percaya. Alhamdulillah ia beli dan setelah mencoba beberapa kali rasa sakit karena maag turun. Berawal dari hal tersebut pelanggan itu rutin membeli produk kami. sampai akhirnya ia menjadi reseller kami,” terangnya sambil tertawa.

Covid-19 tidak menghambat penjualan bawang hitam. Omzetnya malahan semakin naik karena memang makanannya dapat membantu meningkatkan kesehatan sang pengonsumsi. “Ketika Covid omsetnya malah naik hingga belasan juta per bula karena banyak orang mencari makanan yang bisa menstabilkan kondisi tubuh,” ungkapnya.

Namun, sempat Niken terkendala promosi produk dan kurangnya tenaga kerja. Pasalnya, ia awalnya menjual produk hanya melalui pameran-pameran, sedangkan sewaktu covid pameran tidak ada sehingga ia mulai beralih ke media sosial.

“Kendala utamanya adalah marketing. karena saya tidak terlalu bisa bermain media sosial dan hanya dibantu oleh suami dan anak saya,” katanya.   

Namun, dengan segala keterbatasan tersebut produk bawang hitam Niken telah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan sempat ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Turki, dan Australia. Omzetnya pun kini sudah stabil di kisaran Rp 9 juta perbulan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Karikatur Opini: Pandemi Belum Berakhir

Pandemi Ubah Perilaku Komunikasi Manusia

Jokowi Sambut Presiden Jerman Tanpa Masker, Ini Penjelasan Menkes

Polusi Udara di Kota Surabaya, Apakah Bersahabat atau Bermusuhan dengan Pandemi ?

Sempat 'Mati Suri', Desa Wisata Grogol Berupaya Bangkit Kembali

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark