Senin 27 Jun 2022 22:15 WIB

Pasukan Militer Sri Lanka Bagikan Token untuk Antri Bahan Bakar

Militer Sri Lanka membagikan token untuk antri bahan bakar

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Orang-orang menunggu untuk membeli minyak tanah di sebuah pompa bensin di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 07 Juni 2022. Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa karena kurangnya devisa, yang mengakibatkan kelangkaan pangan, bahan bakar, obat-obatan. , dan barang impor. Protes telah mengguncang negara itu selama berminggu-minggu, menyerukan pengunduran diri presiden atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi yang memburuk saat ini.
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Orang-orang menunggu untuk membeli minyak tanah di sebuah pompa bensin di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 07 Juni 2022. Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa karena kurangnya devisa, yang mengakibatkan kelangkaan pangan, bahan bakar, obat-obatan. , dan barang impor. Protes telah mengguncang negara itu selama berminggu-minggu, menyerukan pengunduran diri presiden atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi yang memburuk saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pasukan militer Sri Lanka pada Senin (27/6/2022) membagikan token kepada warga yang mengantri untuk mendapatkan bensin. Sementara sekolah ditutup dan pegawai negeri diminta untuk bekerja dari rumah.

“Saya sudah empat hari mengantri, saya belum tidur atau makan selama ini,” kata pengemudi becak W.D. Shelton (67 tahun).

Shelton adalah salah satu warga yang menerima token. Dia harus mempertahankan tdalam antrian untuk mendapatkan bahan bakar. Hal ini membuat Shelton tidak dapat beraktivitas untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

"Kami tidak bisa mencari nafkah, kami tidak bisa memberi makan keluarga kami," ujar Shelton.

Shelton mengantri di sebuah pompa bensin di pusat Kota Kolombo. Dia tetap tinggal di sana karena tidak punya bensin untuk perjalanan kembali ke rumahnya yang berjarak hanya 5 kilometer.  

Menteri Tenaga dan Energi, Kanchana Wijesekera, mengatakan, Sri Lanka memiliki stok sekitar 9.000 ton solar dan 6.000 ton bensin. Sejauh ini tidak ada kedatanhan pasokan tambahan bahan bakar yang dijadwalkan.  

Pemerintah telah meminta karyawan untuk bekerja dari rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut. Sementara sekolah telah ditutup selama seminggu di Ibu Kota komersial Kolombo dan sekitarnya.  Antrian SPBU meningkat pesat sejak pekan lalu.

 "Ini adalah tragedi, kami tidak tahu di mana ini akan berakhir," kata Shelton.

Angkutan umum, pembangkit listrik dan layanan medis akan mendapatkan prioritas dalam distribusi bahan bakar. Bahan bakar ke pelabuhan dan bandara juga dijatah.

Sebuah tim dari Dana Moneter Internasional (IMF) mengunjungi Sri Lanka untuk mengadakan pembicaraan tentang paket bailout senilai 3 miliar dolar AS. Sri Lanka berharap dapat mencapai kesepakatan dengan IMF.

Jumlah cadangan devisa Sri Lanka mencapai rekor terendah. Negara itu berjuang untuk membayar impor penting seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement