REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mendukung diterbitkannya Emergency Use Listing (EUL) Vaksin Merah Putih COVID-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kebutuhan ekspor. Kepala BPOM RI Penny K Lukito mengatakan EUL Vaksin Merah Putih akan didaftarkan di WHO.
"Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, tapi juga untuk kebutuhan ekspor," kata Penny K Lukito dalam acara Kick Off Uji Klinik Fase 3 Vaksin Merah Putih secara virtual yang diikuti dari YouTube UNAIR di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Penny mengatakan vaksin ber-platform incativated virus atau virus yang dilumpuhkan itu akan diusulkan kepada Presiden RI Joko Widodo untuk diganti nama. Tujuannya, agar produk farmasi dalam negeri lebih dikenal di pasar global.
"Dengan data dan nama yang baik, kita minta ke Presiden agar bisa diingat dengan baik saat diekspor ke negara lain," katanya.
Penny menyampaikan rasa bangga terhadap perkembangan Vaksin Merah Putih karya peneliti Universitas Airlangga (UNAIR) dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia itu. Sejak penelitiannya dimulai pada 12 Mei 2020, Vaksin Merah Putih telah melalui tahap 1 dan 2 uji klinis, dan berlanjut pada tahap akhir penelitian mulai hari ini hingga dua bulan ke depan untuk memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) BPOM RI.
Tahap uji akhir tersebut melibatkan 4.005 subjek untuk memastikan efikasi dan memonitor keamanan vaksin sebelum nantinya akan digunakan secara massal.
Pada acara yang sama, Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih UNAIR Prof Fedik Abdul Rantam mengatakan pengembangan Vaksin Merah Putih didasari program Pemerintah RI dalam memperkuat sistem ketahanan kesehatan dalam negeri. Kegiatan itu melibatkan sejumlah kalangan akademisi seperti UI, ITB, UGM, LIPI, UNPAD dan UNAIR serta otoritas terkait pada instansi Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi.
"Setiap institusi punya platform sendiri, seperti rekombinan adenovirus dari ITB, sub-unit rekombinan dari Eijkman, subunit rekombinan dari UGM dan UNAIR mempunyai tiga platform, yang leading untuk diandalkan adalah platform inactivated virus," ujarnya.