Selasa 28 Jun 2022 08:42 WIB

Iran Mendaftar untuk Bergabung dengan BRICS

Rusia mengungkapkan Argentina juga mengajukan keanggotaan untuk bergabung BRICS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden China Xi Jinping terlihat di layar bersama Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi saat ia menjadi tuan rumah KTT BRICS ke-14 melalui tautan video dari Beijing, Kamis, 23 Juni 2022 .
Foto: Li Tao/Xinhua via AP
Presiden China Xi Jinping terlihat di layar bersama Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi saat ia menjadi tuan rumah KTT BRICS ke-14 melalui tautan video dari Beijing, Kamis, 23 Juni 2022 .

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemerintah Iran mengatakan Teheran mendaftar untuk menjadi anggota negara-negara ekonomi berkembang yang dikenal BRICS. Anggota kelompok itu antara lain Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.

"Hasilnya akan menambah nilai baik kedua belah pihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Senin (27/6/2022).

Baca Juga

Terpisah juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Argentina juga mengajukan keanggotaan untuk bergabung. Pemerintah Argentina belum menanggapi permintaan komentar.

Presiden Argentina Alberto Fernandez yang saat ini sedang di Eropa beberapa hari terakhir mengungkapkan keinginannya membawa Argentina bergabung dengan BRICS.

"Saat Gedung Putih memikirkan apa lagi yang akan dimatikan di dunia, melarang atau mengganggu, Argentina dan Iran mendaftar untuk bergabung dengan BRICS," kata Zakharova di aplikasi kirim pesan Telegram.

Sudah lama Rusia berusaha mendekat dengan Asia, Amerika Selatan dan Timur Tengah. Tapi upaya mereka semakin intensif baru-baru ini usai mendapat gelombang sanksi dari Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya karena invasi ke Ukraina.

AS dan negara-negara Barat lainnya berjanji memberikan dukungan pada Ukraina. Setelah 28 warga sipil tewas dalam beberapa serangan Rusia, termasuk tembakan rudal di sebuah pusat perbelanjaan yang penuh.

Rusia membantah mengincar warga sipil dalam invasi yang mereka sebut "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindungi pengguna bahasa Rusia dari fasis. Kiev dan sekutu-sekutunya membantah alasan tersebut dan mengatakan serangan Rusia tanpa provokasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement