REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia diyakini telah gagal membayar utang untuk pertama kalinya sejak 1998. Rusia sebelumnya telah melewatkan pembayaran utang yang jatuh tempo pada Ahad (26/6/2022) lalu, dilansir BBC, Selasa (28/6/2022).
Rusia memiliki uang untuk melakukan pembayaran utang sebesar 100 juta dolar AS. Namun sanksi ekonomi yang dijatuhkan terhadap Rusia menyebabkan negara tersebut tidak dapat mencairakan dana dari kreditur internasional.
Juru bicara Rusia Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pernyataan gagal bayar atau default atas negaranya benar-benar tidak dapat dibenarkan. Menurut Kremlin, bank perantara telah melakukan pemblokiran cadangan secara tidak sah.
Gedung Putih mengatakan Rusia telah gagal membayar imbal hasil obligasi internasionalnya. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia secara efektif memotong negara tersebut dari sistem keuangan global. Menteri keuangan Rusia menyebut situasi itu sebagai lelucon dan diperkirakan akan berdampak jangka panjang.
Di sisi lain, kepala eksekutif di konsultan Macro Advisory yang berbasis di Moskow Chris Weafer mengatakan Rusia tidak perlu mengumpulkan uang secara internasional karena telah memiliki pendapatan dari komoditas mahal seperti minyak.
Sementara itu, pembayaran bunga senilai 100 juta dolar AS juga jatuh tempo pada 27 Mei. Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang kemudian akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Dikutip Reuters, beberapa pemegang obligasi Rusia Taiwan dalam denominasi euro belum menerima pembayaran bunga. Jika uang belum diterima dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, maka akan dianggap sebagai default.
Rusia membantah mereka telah gagal membayar utang. Juru bicara Kremlin mengatakan telah melakukan pembayaran pada Mei. Namun, menurutnya, pembayaran tersebut diblokir oleh Euroclear karena sanksi.