REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan perekonomian negaranya telah sepenuhnya kolaps.
Sudah berbulan-bulan Sri Lanka menghadapi krisis bahan pangan, bahan bakar, dan listrik.
Inflasi memburuk dan melonjak menjadi 18,7 persen pada Maret 2022.
Cadangan devisa pada Mei 2022 tercatat 1,92 miliar dolar AS.
Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar 51 miliar dolar AS terhadap utang luar negeri.
Sri Lanka membutuhkan 500 juta dolar AS per bulan untuk pemenuhan kebutuhan BBM, 40 juta dolar AS per bulan untuk gas.
Sri Lanka tengah mencari pinjaman luar negeri untuk mengatasi krisis energi. Sejumlah negara dan lembaga siap membantu, seperti India, China, dan IMF.