REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain menghadiri KTT G7 yang diselenggarakan di Jerman, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga melakukan pertemuan bilateral, yakni dengan PM India, Presiden Prancis, PM Kanada, Kanselir Jerman, PM Inggris, PM Jepang, Presiden Komisi Eropa, Presiden Dewan Eropa, dan Managing Director IMF. Dalam pertemuan bilateral tersebut, selain membahas isu penguatan kerja sama bilateral, juga dibahas isu terkait perang di Ukraina dan dampaknya terhadap rantai pasok pangan dunia.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, di dalam pertemuan bilateral tersebut, Presiden kembali menekankan bahwa dunia tak memiliki waktu panjang untuk menyelesaikan masalah gangguan rantai pasok pangan. Gangguan ini berimbas pada kelangkaan dan kenaikan harga pangan dan pupuk.
“Dan jika dunia tidak bersatu untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka yang paling akan merasakan dampaknya adalah ratusan juta atau bahkan miliaran penduduk negara berkembang,” kata Menlu Retno dalam keterangan pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (28/6/2022).
Retno mengatakan, dalam pertemuan ini Presiden Jokowi menekankan bahwa negara berkembang memang akan sangat terdampak akibat perang di Ukraina. Selain itu, kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasok pangan ini sangat mengemuka di dalam diskusi bilateral.
Dalam pertemuan ini, Presiden juga meminta dukungan dan kehadiran semua negara G7 di KTT G20 di Bali. “Di dalam pertemuan-pertemuan bilateral bapak Presiden juga menyampaikan mengenai persiapan KTT G20, dan di dalam pertemuan-pertemuan tersebut kita lihat dengan jelas dukungan terhadap presidensi Indonesia masih sangat kuat,” ujar Retno.