Selasa 28 Jun 2022 14:25 WIB

IDAI: Campak, Rubella, dan Difteri Masih Jadi Ancaman

Campak, rubella, dan difteri masih mengancam di tengah pandemi Covid-19.

Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin campak rubella kepada siswa SD kelas 1 saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SD Negeri 2 Sesetan, Bali, Rabu (15/9/2021). Di tengah pandemi Covid-1, campak, rubella, dan difteri masih mengancam.
Foto:

Bahkan, menurut Prof Soedjatmiko, sebanyak 2.853 bayi mengalami radang paru. Lalu, 571 bayi mengalami kejang dan radang otak karena campak selama periode 2012 hingga 2017.

"Jadi, penyakit campak berbahaya. Bukan sekadar merah-merah, tapi kalau menyerang otak akan menyebabkan radang otak dan meninggal, sedangkan kalau sembuh dia akan cacat," kata Prof Soedjatmiko.

Sementara rubella, menurut Prof Soedjatmiko, pada periode 2012-2018 di rumah sakit tipe A, sebanyak 1.660 bayi cacat akibat penyakit tersebut. Saat rubella menyerang ibu hamil, janin yang dikandungnya mengalami kelainan jantung (79,5 persen), buta akibat katarak (67,6 persen), keterbelakangan mental (50 persen), otak tidak berkembang (48,6 persen), dan tuli (31,1 persen).

"Kalau dia lahir cacat karena rubella, maka sampai umur 8 tahun dibutuhkan biaya Rp600 juta. Hanya sebagian kecil yang ditanggung JKN dan BPJS. Jadi bayangkan betapa berat bebannya," ujar Prof Soedjatmiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement