REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Sekertaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin (27/6/2022) mengatakan mereka berkeinginan untuk "membuat kemajuan" dalam pendaftaran keanggotaan Finlandia dan Swedia menjelang KTT Madrid.
“Kami juga bertujuan untuk membuat kemajuan dalam pendaftaran bersejarah Finlandia dan Swedia untuk mendapatkan keanggotaan di NATO, sambil memastikan masalah keamanan semua sekutu ditangani.”
“Saya berbicara dengan Presiden (Turki) (Recep Tayyip) Erdogan pada Sabtu, dan saya akan bertemu dengan ( Perdana Menteri Swedia (Magdalena) Andersson," kata Jens Stoltenberg pada konferensi pers pra-KTT di Brussels pada Senin.
Stoltenberg mengatakan NATO perlu "mempertimbangkan keprihatinan yang diungkapkan oleh sekutu, dalam hal ini oleh Turki.
“Dan itulah alasan juga mengapa kami mengintensifkan dialog dengan sekutu kami dan dengan Finlandia, Swedia selama beberapa minggu terakhir," imbuh dia.
Para pemimpin Finlandia dan Swedia akan bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Madrid pada Selasa, kata sekretaris jenderal NATO.
Pertemuan empat arah, yang juga akan melibatkan Stoltenberg, akan didahului oleh "pertemuan lain pejabat senior dari ketiga negara" di markas NATO pada Senin.
"KTT NATO kami di Madrid akan transformatif dengan banyak keputusan penting, termasuk tentang konsep strategis baru untuk realitas keamanan baru," ujar dia.
Stoltenberg mengatakan NATO "akan mengubah Pasukan Respon NATO dan meningkatkan jumlah pasukan kesiapan tinggi kami menjadi lebih dari 300.000."
Para pemimpin NATO akan bertemu di Madrid untuk membahas apa yang bisa menjadi pengerahan militer terbesarnya sejak akhir Perang Dingin.
KTT itu akan berlangsung dari Selasa hingga Kamis, dengan topik pembicaraan yang diperkirakan akan berpusat pada tanggapan NATO terhadap perang di Ukraina, dan petisi Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer yang beranggotakan 30 negara itu.
Swedia, bersama dengan Finlandia, secara resmi mendaftarkan diri untuk bergabung dengan NATO bulan lalu, sebuah keputusan yang didorong oleh perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari.
Tetapi Turki, anggota lama aliansi, telah menyuarakan keberatan atas tawaran keanggotaan, mengkritik negara-negara tersebut karena menoleransi dan bahkan mendukung kelompok-kelompok teroris.
Dalam lebih dari 35 tahun kampanye teror melawan Turki, PKK – yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan UE – telah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang.