Selasa 28 Jun 2022 17:09 WIB

Epidemiolog Perkirakan Covid-19 Rentan Naik Hingga Agustus

Mayoritas yang tertular covid-19 saat ini tidak bergejala.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperkirakan peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia bisa berlangsung setidaknya selama sebulan hingga akhir Juli 2022. Bahkan, penambahan kasus Covid-19 masih rentan terjadi hingga Agustus 2022.

"Kalau bicara potensi kenaikan kasus berakhir kapan, menurut saya paling cepat di akhir Juli 2022. Karena ini akan bersirkulasi di penduduk yang memiliki imunitas tubuh," ujar Dicky saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (28/6/2022).

Baca Juga

Menurut dia, Indonesia masih menghadapi masa rawan penambahan kasus Covid-19, paling tidak hingga Agustus 2022.  Terkait estimasi lonjakan kasus Covid-19, Dicky melihat mayoritas yang tertular virus ini tidak bergejala. Ia menjelaskan, Indonesia saat ini menghadapi subvarian omicron BA.4 dan BA.5 yang jika dibandingkan varian omicron dan subvarian apapun ternyata paling cepat penularannya dan paling efektif dalam menghindari antibodi.

Ia menambahkan, virulensi tak berkurang karena subvarian ini tak hanya bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin melainkan juga reinfeksi orang yang pernah terpapar virus. Dia menuturkan kelompok yang rawan tertular virus ini di antaranya lanjut usia, yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), hingga yang belum memenuhi cakupan vaksinasi dosis lengkap.

"Kelompok ini yang berisiko tinggi," ujarnya.

Dia meminta Indonesia harus melakukan mitigasi karena jumlah orang yang terinfeksi lagi virus ini semakin banyak. Ini artinya semakin meningkatkan risiko, baik perawatan di rumah sakit atau mengalami gejala sisa alias long Covid-19.

Menurutnya, potensi ini perlu disadari pemerintah dan masyarakat. Dicky menilai sudah waktunya pemerintah untuk melakukan pengetatan upaya 3T yaiu tes, telusur, dan  tindak lanjut. 

"Upaya surveillans ini tak mesti masif, tetapi terwakili, dan terjaga kuantitas dan kualitasnya," katanya.

Diharapkan upaya ini bisa meredam peningkatan kasus Covid-19, setidaknya orang-orang yang terinfeksi virus ini kemudian menyadari mengalami gejala virus yang berbahaya. Kemudian, dia menambahkan, orang yang terinfeksi memutuskan menjalani isolasi di rumah sehingga tidak menularkan ke orang lain. Dicky juga meminta adanya aspek penguatan protokol kesehatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement