Bantul akan Kuatkan Program Pemberdayaan di Level Keluarga
Red: Muhammad Fakhruddin
Bantul akan Kuatkan Program Pemberdayaan di Level Keluarga (ilustrasi). | Foto: pixabay
REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menguatkan program-program pemberdayaan masyarakat pada level keluarga sebagai upaya menjadikan keluarga-keluarga yang tangguh.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa keluarga itu penting, karena di dalam keluarga ini seluruh muara kegiatan dan sumber kegiatan ada di keluarga. "Kesehatan, pendidikan, masalah sosial itu kita bisa tangguh itu bermula dari keluarga keluarga-keluarga yang tangguh, karenanya pemerintah akan semakin menguatkan program program yang lokusnya adalah keluarga," katanya usai menghadiri kegiatan Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tahun 2022 di Bantul, Selasa (28/6/2022).
Dia mengatakan, program-program tersebut akan digulirkan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A PP dan KB) Bantul, maupun Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY.
Bupati mengatakan, bahwa masalah stunting itu program penanggulangan lokusnya di keluarga, begitu juga masalah pendidikan ada di keluarga, termasuk masalah kesehatan di keluarga. "Kan kita sudah punya data seluruh keluarga, sehingga ke depan keluarga keluarga di Bantul ini akan kita jadikan lokus berbagai kegiatan terutama untuk pembinaan anak-anak, pencegahan stunting, pencegahan kematian ibu dan kematian balita," katanya.
Dia mengatakan, hal tersebut sesuai dengan tema Harganas Tahun 2022 di Bantul yaitu "Ayo Cegah Stunting, agar Keluarga Bebas Stunting", sehingga harapannya selain keluarga sehat, juga menjadi lebih sejahtera. "Dan juga dalam program atau kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan lokusnya adalah keluarga-keluarga melalui pemberdayaan keluarga," katanya.
Sementara itu, Kepala DP3A PP dan KB Bantul Ninik Istitarini mengatakan, upaya yang paling utama dalam pencegahan stunting dengan gencar sosialisasikan pencegahan stunting sebelum menikah, karena ketika hamil belum tentu tahu apakah anaknya berpotensi stunting atau tidak.
"Makanya kita punya program pendampingan selama tiga bulan sebelum menikah, jadi kita melakukan pendampingan ke calon pengantin sampai hamil, kita sudah punya tim pendamping keluarga yang mendampingi mulai dari tiga bulan sebelum menikah," katanya.