REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar silaturahim sekaligus memberikan pengarahan bahaya radikalisme kepada 85 perwakilan pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) di Kota Pahlawan. Eri mengatakan, mengatasi paham radikalisme di Surabaya harus dengan sinergitas dan dilakukan penguatan serta pengawasan di tingkat kecamatan. Oleh karena itu, ia mengingatkan kepada camat, lurah, dan warga untuk saling perhatian dengan lingkungan di sekitarnya.
"Warga jangan sungkan melapor ke kecamatan, Polsek, Danramil, atau kelurahan, apabila menemukan adanya ajaran menyimpang dari ajaran Islam. Begitu pun dengan camat dan lurah, kalau ada Ponpes baru tolong tanyakan ke tokoh agama di wilayahnya, sesuai atau tidak ajarannya," kata Eri di Hraha Sawunggaling, Surabaya, Selasa (28/6/2022).
Eri pun menyampaikan kepada seluruh pengurus Ponpes untuk tidak lupa saling berkolaborasi dengan Forkopimda Surabaya. Karena, kata dia, mencegah paham radikalisme juga butuh kontribusi tokoh agama lain, agar Kota Surabaya ke depannya semakin kondusif dan terhindar dari ajaran yang melanggar aturan umat beragama.
"Hari ini kami mengundang dari Ponpes, setelah itu kita undang juga tokoh agama dan lembaga keagamaan lainnya," ujarnya.
Eri menyampaikan, agar paham radikalisme tidak sampai merasuk ke lingkup Ponpes, Pemkot Surabaya juga mengajak untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan. Eri menyatakan akan meningkatkan kesejahteraan Ponpes dengan memberikan beasiswa dan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA).
"Termasuk Madrasah Aliyah kan sudah masuk daftaranya. Maka dari itu, untuk Ponpes harus didata lagi. Khusus arek Suroboyo yang ada di Ponpes kita berikan BOPDA," kata Eri.
Ketua MUI Surabaya Abdul Muchid Murtadho mendukung langkah Pemkot Surabaya dan Forkopimda dalam mengatasi pencegahan ajaran radikalisme di Kota Pahlawan. Pencegahan radikalisme menurutnya sangat penting agar generasi muda tidak mudah terpengaruh mengikuti ajaran yang melenceng dari ajaran agama Islam.
"Agar umat Islam terutama anak-anak muda Surabaya tidak terjerumus dengan ajaran radikal, kita harus mencegah itu dari awal. Jangan sampai juga generasi kita selanjutnya terjerumus ke hal maksiat dan sebagainya," kata Muchid.