Rabu 29 Jun 2022 01:35 WIB

Perwira Militer UEA akan Belajar di Perguruan Tinggi Militer Israel

Perwira militer senior UEA akan bergabung dengan Israel National Defense College

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Menlu UEA Anwar Mohammed Gargash (tengah), penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner (kiri), dan penasihat keamanan nasional Israel Meir-Bin Shabbat (kanan) di Abu Dhabi. Washington akan pertahankan keunggulan militer Israel dan majukan hubungan dengan UEA.
Foto: EPA
Menlu UEA Anwar Mohammed Gargash (tengah), penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner (kiri), dan penasihat keamanan nasional Israel Meir-Bin Shabbat (kanan) di Abu Dhabi. Washington akan pertahankan keunggulan militer Israel dan majukan hubungan dengan UEA.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perwira militer senior Uni Emirat Arab (UEA) akan bergabung dengan Israel National Defense College tahun depan. Mereka akan berlatih di bawah militer Israel selama 10 bulan.

Anggota militer UEA lulusan Sekolah Tinggi Keamanan Nasional di Emirates, yang dijalankan sesuai dengan kurikulum Amerika, mendaftar di Israel National Defense College setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden UEA, Mohammed Bin Zayed. Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan,  latihan ini merupakan bagian dari kerja sama keamanan dan regional.

Dilansir Middle East Monitor, Selasa (28/6/2022), kesepakatan itu terjadi ketika diplomat Amerika Serikat (AS), Israel, dan empat negara Arab bertemu hari ini di Ibu Kota Bahrain, Manama, untuk membahas kerja sama lebih lanjut. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memperdalam kerja sama di beberapa bidang, antara lain air, pariwisata, kesehatan, energi, pangan, dan ketahanan kawasan. Kerja sama tersebut juga mencakup keprihatinan bersama atas ambisi nuklir Iran dan dialog atas masalah pendudukan tanah Palestina yang belum terselesaikan.

 Pada September 2020, UEA dan Israel menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan di bawah Kesepakatan Abraham yang ditengahi AS.  Sejak itu, keduanya telah bertukar kunjungan resmi oleh pejabat senior dan menandatangani puluhan perjanjian bilateral di berbagai bidang, termasuk investasi, layanan perbankan, dan pariwisata.

Tiga negara Arab lainnya yaitu Bahrain, Maroko dan Sudan juga melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Kesepakatan normalisasi telah menarik kecaman luas dari Palestina. Para pemimpin Palestina mengatakan Kesepakatan Abraham mengabaikan hak-hak mereka dan tidak mendukung tujuan Palestina untuk membentuk negara merdeka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement