Selasa 28 Jun 2022 21:54 WIB

Segini Harga Jual Data di Dark Web oleh Penjahat Siber

Kini adanya permintaan tinggi tentang penjualan data di Dark Web.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Dark Web.
Foto: TechWorld
Dark Web.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Kaspersky mengungkapkan adanya permintaan tinggi tentang penjualan data di Dark Web. Data yang diminta tidak hanya untuk data yang didapatkan dari serangan siber tetapi juga data dan layanan yang diperlukan untuk melakukan serangan. Misalnya data yang diperlukan untuk melakukan tahapan-tahapan tertentu sebuah serangan multifase.

Setelah pelaku serangan siber mendapatkan akses ke infrastruktur perusahaan, mereka bisa menjual akses itu ke penjahat siber lain, misalnya ke pelaku ransomware. Serangan seperti ini menimbulkan kerugian finansial yang signifikan. Baik UMKM maupun perusahaan besar bisa menjadi target serangan.

Baca Juga

Sergey Shcherbel, pakar keamanan Kaspersky, mengatakan komunitas penjahat siber telah berevolusi, tidak hanya dari sisi teknis tetapi juga dari sudut pandang organisasi mereka. Kelompok ransomware saat ini lebih terlihat seperti industri yang menjual layanan dan produk.

Kami melihat adanya peningkatan pasar akan data yang dibutuhkan untuk melakukan serangan," ujar Sergey Shcherbel melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (27/6/2022).

 

Para peneliti Kaspersky menganalisa lebih dari 200 postingan di Dark Web yang menawarkan untuk membeli informasi akses awal di forum perusahaan, dengan maksud menentukan jenis data perusahaan yang dijual, serta kriteria apa yang digunakan penjahat siber untuk memberi harga dari sebuah data perusahaan.

Kebanyakan postingan (75 persen) menjual akses RDP (Remote Desktop). Mereka menyediakan akses ke desktop atau aplikasi dengan host jarak jauh. Ini memungkinkan penjahat siber untuk menghubungkan, mengakses, dan mengendalikan data dan sumber daya perusahaan melalui host jarak jauh seakan-akan karyawan perusahaan mengendalikan data secara lokal atau dari dalam perusahaan.

Harga untuk informasi akses awal bervariasi mulai dari beberapa ratus dolar hingga ratusan ribu dolar. Tidaklah mengejutkan, penentu utama tingginya harga dari postingan penawaran yang dianalisa adalah pendapatan dari target serangan-bila pendapatan perusahaan yang menjadi target besar, harganya akan semakin tinggi. Harga juga bisa berbeda bergantung dari industri dan wilayah operasi perusahaan.

Data akses untuk infrastruktur perusahaan besar biasanya berkisar 2.000 dolar AS hingga 4.000 dolar AS (sekitar Rp 30 juta- Rp 60 juta), yang terbilang cukup murah. Namun sebenarnya tidak ada batasan dari harga yang ditawarkan. Data perusahaan dengan pendapatan 465 juta dolar AS bisa ditawarkan seharga 50 ribu dolar AS (Rp 741 juta).

Salah satu komponen paling penting dalam penentuan harga akses awal adalah jumlah uang yang bisa didapat pelaku dari serangan menggunakan akses tersebut. Ada alasan mengapa pelaku ransomware siap membayar ribuan, bahkan puluhan ribu dolar, demi bisa menyusup ke jaringan perusahaan.

Perusahaan yang menjadi sasaran bisa merugi hingga jutaan dolar. Pelaku ransomware paling aktif tahun lalu diperkirakan menerima transfer dana 5,2 miliar dolar AS dalam tiga tahun terakhir.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement