Rabu 29 Jun 2022 09:58 WIB

Saham Migas Tertekan, Pelemahan IHSG Berlanjut

IHSG diperkirakan masih berpeluang melemah pada perdagangan hari ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (29/6/2022). IHSG melemah ke level 6.973,12 setelah terkoreksi tipis pada penutupan perdagangan kemarin.

Penurunan IHSG dipicu oleh melemahnya saham-saham yang berkaitan dengan komoditas tambang dan energi diantaranya HRUM turun 2,63 persen, ASII terpangkas 1,87 persen, PGAS terkorkesi 0,89 persen serta ADRO melemah 0,34 persen. 

Baca Juga

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG masih berpeluang melemah pada perdagangan hari ini seiring dengan lengsernya indeks saham utama Wall Street. DJIA turun di atas 1 persen serta S&P 500 dan Nasdaq masing-masing terkoreksi lebih dari 2 persen. 

"Data Indeks Kepercayaan Konsumen (CCI) AS meredupkan rasa optimisme investor dan memicu ketakutan mengenai resesi. Investor tampak mulai ragu bank sentral AS mampu menghindari pemicu perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (29/6).

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 3 bps menjadi 3,17 persen karena investor sibuk mencerna sejumlah rilis data ekonomi AS. Data CCI AS turun ke level 98,7 di bulan Juni, terendah sejak Februari 2021 dari level 103,2 di bulan Mei dan berada di bawah ekspektasi penurunan ke level 100.

Indeks Ekspektasi Konsumen atau Consumer Expectations Index (CEI) melemah ke level 66,4, terendah sejak Maret 2013. Kekhawatiran mengenai inflasi yang tinggi membuat konsumen mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Semester II 2002.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah reli selama tiga hari beruntun. Kenaikan terjadi setelah negara produsen besar seperti Arab Saudi dan UEA tampak tidak mungkin mampu menaikkan volume produksi mereka secara signifikan pada saat dunia barat sepakat untuk mengeksplorasi cara untuk membatasi harga pembelian minyak dari Rusia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement