Rabu 29 Jun 2022 11:32 WIB

Lunch-flation Desak Karyawan Korsel Potong Biaya Makan Siang

Harga makan siang di Korsel melonjak lebih dari 10 persen.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Restoran halal di Seoul. Lunch-flation memaksa karyawan di Korsel potong biaya makan siang.
Foto: ostcabin.blogspot.com
Restoran halal di Seoul. Lunch-flation memaksa karyawan di Korsel potong biaya makan siang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pekerja kantor Park Mi-won tidak pernah membeli makan siang dari toko serba ada, sampai prasmanan makan siang favoritnya baru-baru ini menaikkan harga lebih dari 10 persen. Kenaikan harga ini akibat dari inflasi Korea Selatan melonjak ke rekor tinggi dalam 14 tahun.

"Setelah harga naik, saya pergi ke toko serba ada, di mana saya pikir harganya masuk akal sementara makanannya juga enak," kata pria berusia 62 tahun itu.

Baca Juga

"Jadi sekarang saya pergi ke sana dua sampai tiga kali seminggu," ujarnya.

Menurut badan pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, harga pangan global melonjak 23 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya. Perang Ukraina dan Rusia telah mempengaruhi pasokan biji-bijian dari kedua negara dan menyebabkan harga energi serta pupuk melonjak.

Menawarkan mie instan murah, sandwich, dan gimbap dengan harga di bawah lima dolar, toko serba ada semakin populer. Pekerja bergaji seperti Park mencari cara untuk memangkas biaya.

Jaringan toko serba ada Korea Selatan GS25 membukukan peningkatan lebih dari 30 persen dalam penjualan makanan instan pada Januari-Mei dibandingkan tahun lalu. Melihat permintaan yang terus meningkat, GS25 juga meluncurkan layanan baru berlangganan makan untuk pekerja kantoran yang hadir dengan potongan harga dan pengiriman langsung ke kantor.

Toko serba ada CU dan 7-Eleven pun telah melihat lonjakan permintaan yang serupa. Sementara Emart24 melihat lonjakan 50 persen dalam penjualan kotak makan siang di area dengan sejumlah besar blok kantor.

Kenaikan itu terjadi karena harga hidangan restoran di Korea Selatan naik 7,4 persen bulan lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laju tercepat dalam 24 tahun.

Kondisi kenaikan harga makan siang ini mendapatkan julukan lunch-flation. Menurut statistik pemerintah, harga hidangan favorit seperti galbitang atau daging sapi rebus dengan nasi melonjak 12,2 persen dan nengmyun atau mie dingin naik 8,1 persen.

Sementara makan siang di toko serba ada tidak kebal dari kenaikan biaya, harga keseluruhannya yang jauh lebih rendah telah membantu mendapatkan popularitas. Di sekitar ibu kota Seoul, menurut data Badan Konsumen Korea, harga rata-rata nengmyun baru-baru ini menembus di atas 10.000 won, sedangkan mie ramen instan masih tersedia sedikit di atas 1.000 won di toko serba ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement