REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Dewan Keamanan Nasional Israel telah menurunkan level peringatan perjalanan ke Istanbul, Turki, yang sebelumnya berada di tingkat tertinggi. Sebelumnya warga Israel diperingatkan tak bepergian ke Turki karena mencurigai adanya operasi penargetan pembunuhan oleh Iran.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pasukan keamanan kami bersama dengan pasukan keamanan Turki, yang selama beberapa bulan dan pekan terakhir bertindak untuk mencegah serangan terhadap warga Israel di Istanbul dan Turki," kata Perdana Menteri Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan, Selasa (28/6/2022), dikutip laman Al Arabiya.
Dia pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. “Tindakan kami berhasil dan melindungi kehidupan manusia. Kita secara bertahap kembali ke kerutinan,” ucap Bennett.
Kendati demikian, Dewan Keamanan Nasional Israel memperingatkan, motivasi Iran mengincar warga Israel masih tinggi. Jadi warga tetap diserukan untuk menghindari perjalanan tidak penting ke Turki.
Sebelumnya otoritas Israel telah memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Turki dengan alasan potensi bahaya. Menurut Israel ada kemungkinan “serangan balas dendam” oleh Iran sebagai respons atas pembunuhan Kolonel Sayad Khodaei dari Korps Garda Revolusi Iran.
Khodaei tewas ditembak oleh dua pengendara sepeda motor di dekat rumahnya di Teheran pada 22 Mei lalu. Menurut kantor berita Fars, terdapat lima peluru yang diarahkan pada Khodaei. Awalnya, Korps Garda Revolusi Iran menyalahkan “kelompok anti-revolusi” dan “agen arogansi global” atas pembunuhan tersebut. Kelompok anti-revolusi biasanya merujuk pada oposisi anti-rezim. Sementara arogansi global mengacu pada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Namun belakangan Pemimpin Korps Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan Khodaei. “(Khodaei) telah mati syahid oleh orang-orang paling kejam, Zionis. Insya Allah, kami akan membalas kematiannya,” ujar Salami seperti tertulis di situs resmi Korps Garda Revolusi Iran pada 30 Mei lalu.