Kamis 30 Jun 2022 07:45 WIB

Warga Boldon Sorong Nikmati Listrik Setelah Menanti 24 Tahun

Sebelumnya, pasokan listrik masyarakat setempat hanya mengandalkan genset.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Foto udara pekerja melakukan pemeliharaan transmisi  jaringan kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) (ilustrasi). Masyarakat Kampung Boldon, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat kini sudah bisa menikmati penerangan listrik selama 24 jam setiap hari setelah menantikan hal itu selama 24 tahun.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Foto udara pekerja melakukan pemeliharaan transmisi jaringan kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) (ilustrasi). Masyarakat Kampung Boldon, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat kini sudah bisa menikmati penerangan listrik selama 24 jam setiap hari setelah menantikan hal itu selama 24 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Masyarakat Kampung Boldon, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat kini sudah bisa menikmati penerangan listrik selama 24 jam setiap hari setelah menantikan hal itu selama 24 tahun.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Kabupaten Sorong Selatan Yohan Bodori menyampaikan apresiasinya terhadap sinergi yang telah dilakukan PLN dan Kepala Kampung Boldon. "Untuk pelayanan listrik masuk desa sudah signifikan. Jadi pada prinsipnya hal ini benar-benar berdasarkan kebutuhan masyarakat. Mulai saat ini masyarakat tidak akan lagi merasa kegelapan," ujar Yohan.

Baca Juga

Listrik yang dinikmati warga Kampung Boldon disuplai langsung dari sistem kelistrikan Teminabuan yang bersumber dari PLTD Komaulin. PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Sorong bersama PLN Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Papua Barat membangun dua gardu distribusi, masing-masing berkapasitas 50 kVA dan 25 kVA, jaringan tegangan menengah sepanjang 7,45 kms serta 2,17 kms tegangan rendah.

Proses pengerjaan membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan tersebut akhirnya berhasil melistriki 74 pelanggan dengan daya 900 VA. Sebelumnya, pasokan listrik masyarakat setempat hanya mengandalkan genset yang dikelola oleh pengurus kampung atau milik pribadi.

Namun hal tersebut dirasa sangat berat, karena harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Masyarakat Kampung Boldon membutuhkan biaya sekitar Rp 100 ribu untuk membeli bahan bakar genset yang hanya dapat menyalakan lampu selama tiga jam.

Kepala Kampung Boldon Thonce Maga merasakan sukacita yang mendalam saat dilakukan penyalaan kelistrikan di kampungnya. Kampung yang terbentuk tahun 1998 karena adanya pemekaran ini, pada akhirnya dapat merasakan adanya listrik dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh banyak pihak.

Kehadiran PLN di Kampung Boldon, katanya, mempunyai cerita yang cukup panjang. "Koordinasi yang kami lakukan dengan pemerintah daerah sejak tahun 2016 pada akhirnya membuahkan hasil yang baik untuk masyarakat. Tepat pada akhir tahun 2021 PLN mulai melakukan proses pembangunan jaringan yang bisa menyalurkan listrik ke kampung kami," ujar Thonce.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement