Kamis 30 Jun 2022 08:13 WIB

Bennett Tegaskan tidak akan Calonkan Diri Lagi Sebagai PM Israel

Bennet tetap mencalonkan jadi PM jika Yair Lapid ambil alih pemerintahan sementara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
 Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berbicara selama pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri Yair Lapid, di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Senin, 20 Juni 2022. Kantor Bennett mengumumkan Senin, bahwa koalisinya yang melemah akan dibubarkan dan negara akan memimpin ke pemilu baru. Bennett dan mitra koalisi utamanya, Yair Lapid, memutuskan untuk memberikan suara untuk membubarkan parlemen dalam beberapa hari mendatang, kata kantor Bennett. Lapid kemudian menjabat sebagai caretaker perdana menteri. Pemilihan itu, yang diharapkan pada musim gugur, akan menjadi yang kelima bagi Israel dalam tiga tahun.
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berbicara selama pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri Yair Lapid, di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Senin, 20 Juni 2022. Kantor Bennett mengumumkan Senin, bahwa koalisinya yang melemah akan dibubarkan dan negara akan memimpin ke pemilu baru. Bennett dan mitra koalisi utamanya, Yair Lapid, memutuskan untuk memberikan suara untuk membubarkan parlemen dalam beberapa hari mendatang, kata kantor Bennett. Lapid kemudian menjabat sebagai caretaker perdana menteri. Pemilihan itu, yang diharapkan pada musim gugur, akan menjadi yang kelima bagi Israel dalam tiga tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengumumkan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan mendatang. Israel bergerak lebih dekat menuju pemilihan kelima dalam waktu kurang dari empat tahun.

Bennett mengumumkan pada Rabu (29/6/2022), tidak akan mencalonkan diri lagi dengan syarat. Dia akan mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri alternatif setelah mitra koalisinya Yair Lapid mengambil alih sebagai kepala pemerintahan sementara.

Baca Juga

"Saya meninggalkan negara yang berkembang, kuat dan aman. Kami membuktikan tahun ini bahwa orang-orang dengan pendapat yang sangat berbeda dapat bekerja sama," ujar Bennett mengacu pada koalisi ideologisnya yang beragam.

Pekan lalu, Bennett membubarkan parlemen setelah serangkaian pembelotan yang menempatkan koalisi mayoritas tidak lagi dapat dipertahankan. Pemungutan suara terakhir pada Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk membubarkan Knesset, yang direncanakan akan dilakukan pada tengah malam, ditunda hingga Kamis (30/6). Penyiar publik Israel radio Kan, penundaan ini akibat banyak amandemen yang diajukan.

Amandemen diajukan oleh partai-partai di seluruh spektrum politik. Menteri Keuangan Israel Avigdor Lieberman mengatakan, partainya memblokir RUU penyebaran untuk memajukan proyek metro. Sedangkan Partai Joint List yang dipimpin Arab mengatakan, pihaknya berharap penahanan akan mengarah pada berakhirnya peraturan yang memperluas perlindungan hukum kepada pemukim di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Setelah panggilan pemilihan cepat mendapat persetujuan akhir Knesset, Menteri Luar Negeri dari kelompok kiri-moderat Israel Yair Lapid akan mengambil alih jabatan Bennett. Hanya saja, dengan anggota parlemen yang bergulat dengan tanggal pemilihan yang tepat, baik 25 Oktober atau 1 November, kampanye telah didominasi oleh kemungkinan kembalinya Benjamin Netanyahu ke posisi perdana menteri.

Lapid dan Bennett mengakhiri rekor 12 tahun pemerintahan Netanyahu setahun yang lalu dengan membentuk aliansi campuran ideologis yang langka. Koalisi ini mencakup partai Arab independen untuk pertama kalinya. Pemerintah bertahan lebih lama dari yang diperkirakan banyak orang tetapi goyah dalam beberapa pekan terakhir di tengah pertikaian.

Netanyahu yang sekarang pemimpin oposisi sangat senang dengan akhir dari kondisi yang disebut sebagai pemerintahan terburuk dalam sejarah Israel. Dia berharap untuk memenangkan masa jabatan keenam meskipun menghadapi dakwaan karena korupsi atas tuduhan yang dia bantah.

Survei menunjukkan partai sayap kanan Netanyahu Likud memimpin pemungutan suara. Namun, partai ini masih kurang dari mayoritas yang memerintah meskipun mendapat dukungan dari partai-partai agama dan nasionalis yang bersekutu.

Anggota parlemen dari blok pro Netanyahu mengatakan, sedang bekerja untuk membentuk pemerintahan baru sebelum parlemen dibubarkan. Skenario itu, yang tampak jauh, akan menggagalkan pemilihan awal. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement