Kamis 30 Jun 2022 10:36 WIB

AS, Korsel, dan Jepang Sepakat Perkuat Kerja Sama Hadapi Ancaman Korut

Pada tahun ini Korut telah menggelar uji coba rudal dalam jumlah besar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan melalui Yonhap ini, sebuah rudal ditembakkan selama pelatihan bersama antara AS dan Korea Selatan di lokasi yang dirahasiakan di Korea Selatan, Senin, 6 Juni 2022.
Foto: AP/South Korea Defense Ministry via
Dalam foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan melalui Yonhap ini, sebuah rudal ditembakkan selama pelatihan bersama antara AS dan Korea Selatan di lokasi yang dirahasiakan di Korea Selatan, Senin, 6 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pemimpin Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel) dan Jepang mengungkapkan keprihatinan mendalam pada uji coba rudal Korea Utara (Korut). Mereka mengatakan akan bekerja sama lebih erat dalam mengatasi ancaman dari Pyongyang.

Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menggelar pertemuan sela di Pertemuan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Madrid. Mereka sepakat progres program nuklir dan rudal Korut ancaman serius tidak hanya bagi semenanjung Korea tapi juga Asia Timur dan dunia.

Baca Juga

Pada tahun ini Korut telah menggelar uji coba rudal dalam kecepatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Washington dan Seoul juga yakin Pyongyang sedang mempersiapkan uji coba nuklir.

Tiga pemimpin itu sepakat untuk mengeksplorasi cara memperkuat "pencegahan yang diperluas" pada Korut. Termasuk memperkuat kemampuan militer AS terutama pasukan nuklir untuk mencegah serangan pada sekutu-sekutu AS.  

"Kapabilitas pencegahan aliansi Jepang-AS dan AS-Republik Korea perlu ditingkatkan sebagai bagian dari upaya esensial untuk memperkuat kemitraan trilateral antara Jepang, AS dan RoK," kata Kishida yang menyebut Korsel dengan nama resminya, Rabu (29/6/2022).

Pemimpin Jepang dan Korsel menghadiri pertemuan NATO sebagai pengamat untuk pertama kalinya. Hubungan Jepang dan Korsel renggang karena penjajahan Jepang di Semenanjung Korea dari tahun 1910 sampai 1945.

Hubungan dua negara tetangga memburuk selama pemerintahan mantan Presiden Korsel Moon Jae-in. Kedua negara berselisih mengenai wilayah dan sejarah. Jepang dan Korsel pun membatalkan perjanjian berbagi intelijen. Yoon mengungkapkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan begitu pula dengan Kishida.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement