UII Buka Program Studi Sarjana Terapan
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Aris Junaidi, menyerahkan Salinan Keputusan Mendikbudristek terkait izin pembukaan prodi di UII kepada Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII, Drs Suwarsono. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta resmi membuka Program Studi (Prodi) Program Sarjana Terapan. Ada Akuntansi Perpajakan, Bisnis Digital, dan Analisis Keuangan. Ditandai berlaku SK Mendikbudristek 135/D/OT/2022 dan 137/D/OT/2022.
Salinan Keputusan Mendikbudristek terkait izin pembukaan prodi diserahterimakan Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Aris Junaidi, ke Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII, Drs Suwarsono, dan disaksikan Rektor UII, Prof Fathul Wahid.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof Fathul Wahid mengatakan, dibukanya tiga prodi merupakan transformasi perubahan Diploma 3 (D3) menjadi Sarjana Terapan. Ini jadi peningkatan status dari program diploma yang mereka miliki selama ini.
Perubahan ini menjadi momentum baru yang akan melengkapi portofolio. Dari nama prodinya Akuntansi menjadi Akuntansi Perpajakan, dari Manajemen Program Diploma 3 menjadi Bisnis Digital, dan Perbankan dan Keuangan menjadi Analisis Keuangan.
Setelah ini, Fathul menerangkan, akan dibahas transisi pembaruan tiga prodi baru yang dimaksudkan agar perkembangan transisi tiga prodi bisa lebih optimal dan relevan. Ia turut berharap, tiga prodi baru ini dapat berguna bagi masyarakat.
"Saya berharap, program studi ini nanti bisa mengawal distingsi baru yang tentu kita harapkan jadi lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat," kata Fathul di Gedung Kuliah Umum Sardjito UII, Kamis (30/6/2022).
Ketua Umum PYBW UII, Suwarsono Muhammad melihat, di Indonesia saat ini pelajar lebih tertarik dengan S1 dari Sarjana Terapan. Sarjana Terapan seperti kalah prestisius dari sarjana. Tapi, kini Sarjana Terapan justru lebih dibutuhkan. "Ini diskursus yang harus kita laksanakan," ujar Suwarsono.
Kepala LLDikti Wilayah V DI Yogyakarta, Prof Aris Junaidi, turut mengamini apa yang disampaikan Suwarsono Muhammad tersebut. Ia berpendapat, mahasiswa lulusan sarjana terapan hari ini justru akan lebih dibutuhkan di dalam dunia kerja.
Seharusnya, lanjut Aris, sekolah vokasi itu merupakan salah satu yang menarik sekali, karena ini akan menyediakan mahasiswa yang sudah siap bekerja. Jadi, pekerjaan rumahnya membangun pemahaman sekolah vokasi itu sama dengan akademik. "Pandangan ini masih kabur, sehingga masih banyak orang tua kita inginnya ke jalur sarjana," katanya.