REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan Indonesia memilih untuk aktif bergerak mengupayakan perdamaian dunia melalui misi damai Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia. Hal itu dilakukan Presiden ketika negara lain lebih memilih diam atau memihak.
"Ini momentum yang sangat baik bagi bangsa untuk membangun pride (kebanggaan) nasional. Di saat negara lain memilih untuk diam atau memihak, tapi Indonesia memilih untuk aktif bergerak mengusahakan perdamaian," kata Moeldoko yang dikutip dari keterangan tertulis Kantor Staf Presiden (KSP) dari sebuah dialog di RRI Pro 3 Jakarta, Kamis.
Moeldoko mengatakan kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia menjadi momentum untuk menumbuhkan kebanggaan nasional. Hal itu karena kehadiran Presiden Jokowi bukan sebagai juru runding, melainkan membawa misi perdamaian dan kemanusiaan.
"Presiden juga memberikan contoh pada masyarakat tentang pentingnya menyuarakan hal-hal baik tentang kemanusiaan," kata dia.
Menurut Moeldoko, Presiden Jokowi memiliki tekad kuat untuk memperjuangkan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Hal itu karena perang kedua negara telah memberikan dampak masalah kemanusiaan, ekonomi, dan sosial yang luar biasa bagi dunia.
"Presiden telah membuktikan bahwa perdamaian mutlak diperjuangkan dengan segala risikonya, bukan hanya menunggu," ujar dia.
Mantan Panglima TNI ini juga mengungkapkan Indonesia tidak punya kepentingan apapun dalam misi perdamaian Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia. Misi tersebut, kata Moeldoko, semata-mata untuk menjaga perdamaian dunia yang menjadi salah satu mandat dari konstitusi Indonesia, dan juga menjaga legasi sebagai inisiator gerakan non-blok.
"Sebagai pemegang Presidensi G20, Indonesia ingin mewujudkan upaya bersama untuk pulih dari krisis pandemi dan global," katanya.