REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk pertama kalinya menyebut China menentang aliansi pertahanan tersebut. NATO menuding Beijing berusaha menumbangkan tatanan internasional berbasis aturan.
“Republik Rakyat China menyatakan ambisi dan kebijakan koersi menentang kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai kami,” demikian bunyi konsep strategis NATO yang diterbitkan pada pertemuan puncak NATO di Madrid, Spanyol, Rabu (29/6/2022).
NATO kemudian menuding China menargetkan negara anggota aliansi pertahanan tersebut dengan operasi hibrida dan siber yang berbahaya serta retorika konfrontatifnya. “China berusaha untuk menumbangkan tatanan internasional berbasis aturan, termasuk di ruang angkasa, dunia maya, dan domain maritim,” katanya.
Dokumen panduan NATO, yang diperbarui untuk pertama kalinya sejak 2010, menempatkan Rusia sebagai ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan sekutu setelah invasi ke Ukraina. Menurut NATO, hubungan yang kian erat antara Rusia dan China berlawanan dengan nilai serta kepentingan mereka.
China telah mengkritik keras apa yang digambarkan NATO dalam dokumen panduan terbarunya. Beijing menilai, NATO telah memfitnah dan menyerang mereka. Misi China untuk Uni Eropa mengungkapkan, NATO mengklaim negara-negara lain menimbulkan tantangan. Padahal, menurut mereka, NATO yang menciptakan masalah di seluruh dunia.
Pertempuran di Ukraina menjadi isu pokok dalam KTT NATO di Madrid. Mereka menegaskan dukungan untuk Kiev agar bisa memenangkan konflik melawan Rusia. Selain bantuan dana, negara anggota NATO akan mempertahankan bantuan militer.