Kamis 30 Jun 2022 19:11 WIB

Muhammadiyah Dukung Misi Perdamaian Presiden Jokowi

Indonesia memiliki posisi yang cukup bagus untuk membawa misi damai Rusia-Ukraina.

Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto yang dirilis Istana Kepresidenan Indonesia ini, Presiden Indonesia Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina pada Rabu, 29 Juni 2022.
Foto: Laily Rachev, Indonesian Presidential Palace
Dalam foto yang dirilis Istana Kepresidenan Indonesia ini, Presiden Indonesia Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina pada Rabu, 29 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh pihak di Tanah Air untuk mendukung misi perdamaian yang dibawa oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungannya ke Ukraina dan Rusia.

Menurut Haedar, dukungan tersebut diperlukan sebagai aktualisasi dalam mewujudkan perdamaian dunia yang diamanatkan oleh konstitusi Indonesia, yakni UUD NRI 1945.

Baca Juga

"Semua pihak di dalam negeri perlu mendukung sebagai aktualisasi mewujudkan perdamaian dunia yang menjadi amanat konstitusi Indonesia. Semoga memperoleh jalan solusi dan membuka langkah damai menghentikan perang oleh kedua negara," kata dia seperti dilansir kantor berita Antara, Kamis (30/6/2022).

Lebih lanjut, Haedar menilai misi perdamaian Presiden Jokowi tersebut merupakan hal sangat penting karena pihak-pihak yang memiliki posisi strategis, seperti PBB belum melakukan langkah tegas dan signifikan, sebagaimana diharapkan oleh publik dunia.

Padahal, kata dia, diperlukan keberanian dalam mengambil prakarsa mendamaikan Ukraina dan Rusia demi menghadirkan masa depan dunia yang tertib, maju, dan, damai tanpa peperangan.

Dengan demikian, menurut dia, tawaran untuk membuka dialog antara dua pemimpin negara yang bertikai, mencari solusi perdamaian, dan menghentikan perang merupakan jalan politik dan diplomasi yang penting, meskipun terjal.

Berkenaan dengan hasil dari upaya damai itu, Haedar mengatakan hal tersebut memerlukan proses dan tidak langsung berhasil."Soal hasilnya, tentu berproses dan tidak langsung berhasil," ujar dia.

Kemudian, Haedar pun menilai bahwa sebagai negara yang netral, moderat, dan mewakili negara berpenduduk besar, Indonesia memiliki posisi yang cukup bagus untuk membawa misi damai ini.

Di samping itu, tambah dia, posisi Presiden Jokowi sebagai Ketua G20 saat ini memang cukup penting untuk dimanfaatkan dalam mendorong Rusia dan Ukraina untuk berdialog mencari solusi damai serta mengakhiri perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement