Jumat 01 Jul 2022 06:18 WIB

Sejarah Hari Ini: Yasser Arafat Akhiri Masa 27 tahun Pengasingan 

Di akhir masa hidupnya, Arafat diisolasi oleh Israel di Ramallah, Tepi Barat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Yasser Arafat
Foto: top99news.com
Yasser Arafat

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pada 1 Juli 1994,  Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat, telah kembali ke Jalur Gaza setelah 27 tahun di pengasingan. Mengenakan seragam militer dan topi kepala keffiyeh, pemimpin PLO memberi hormat saat ia melintasi perbatasan di Rafah dari Gurun Sinai di Mesir.

"Sekarang saya kembali ke tanah Palestina merdeka pertama. Anda harus membayangkan bagaimana hal itu menggerakkan hati saya, perasaan saya," ujar Arafat sebelum naik helikopter dari Kairo bersama Presiden Mesir Hosni Mubarak, dikutip laman BBC History, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga

Dikelilingi oleh penjaga Palestina berbaju hijau, Arafat dikawal melalui kerumunan yang menunggu ke dalam Mercedes hitam anti peluru untuk melakukan perjalanan 20 mil ke utara menuju perkumpulan orang di Kota Gaza. Namun adanya ancaman pembunuhan dan grafiti yang mengancam oleh pemukim Israel di Kfar Dorom memaksa perubahan rute.

Namun demikian, Arafat masih bisa melihat untuk pertama kalinya masalah dari jalan-jalan yang dipenuhi sampah hingga kantong-kantong Israel seperti Gush Qatif, yang harus dia tangani sebagai penguasa negara Palestina yang masih muda Kunjungan pemimpin PLO itu dilakukan sebulan setelah Perjanjian Kairo Israel-PLO menciptakan pemerintahan sendiri bagi warga Palestina di Gaza dan Jericho di Tepi Barat.

Jalur Gaza dan Tepi Barat termasuk di antara wilayah tanah yang direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Di Kota Gaza, Arafat memberikan pidato kemenangan dari balkon bekas markas besar gubernur militer Israel ke Lapangan Parlemen yang dipenuhi 200 ribu warga Palestina.

Perbedaannya dengan para pemimpin Palestina lainnya tampaknya menghilang ketika Arafat berbicara tentang minatnya di Yerusalem. Jadwal kunjungan tiga hari Arafat termasuk Jerikho tetapi bukan Yerusalem, menurut penasihatnya Nabil Shaath.

Kembalinya Arafat adalah awal dari pembuatan Deklarasi Prinsip yang disepakati di Oslo Peace Accords, Washington. Di bawah kesepakatan, Otoritas Nasional Palestina mengendalikan area otonomi baru, Gaza dan Jericho. Pada 1996, Arafat terpilih sebagai presiden.

Pada 2000, Arafat dan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak bertemu di Kamp David AS untuk menyepakati perjanjian damai final. Namun mereka tidak mencapai kesepakatan di sana. Pada September 2000, intifadah kedua meletus, Arafat pun jadi terisolasi.

Di akhir masa hidupnya, Arafat diisolasi oleh Israel di Ramallah, Tepi Barat. Ia dituduh memicu teror. Meski PLO memilih pemimpin baru, Arafat tetap jadi tokoh simbol bagi Palestina. Ribuan orang menghadiri pemakamannya ketika ia meninggal November 2004.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement