Jumat 01 Jul 2022 08:30 WIB

Korut Salahkan 'Benda Asing' Korsel Atas Gelombang Pandemi Covid-19

Seorang tentara Korut melakukan kontak dengan benda asing dan dites positif Covid-19.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Kendaraan lapis baja Angkatan Darat Korea Selatan memposisikan diri di Paju, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Korea Selatan, Jumat, 25 Maret 2022. Korea Utara (Korut) mengklaim gelombang pertama wabah Covid-19 di negara itu dimulai ketika seorang pasien menyentuh
Foto: AP/Ahn Young-joon
Kendaraan lapis baja Angkatan Darat Korea Selatan memposisikan diri di Paju, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Korea Selatan, Jumat, 25 Maret 2022. Korea Utara (Korut) mengklaim gelombang pertama wabah Covid-19 di negara itu dimulai ketika seorang pasien menyentuh "benda asing" di dekat perbatasan Korea Selatan (Korsel).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengklaim gelombang pertama wabah Covid-19 di negara itu dimulai ketika seorang pasien menyentuh "benda asing" di dekat perbatasan Korea Selatan (Korsel). Korut tampaknya ingin menyalahkan tetangganya itu atas infeksi yang menyebar di negara terisolasi tersebut.

"(Masyarakat) harus waspada dengan benda asing yang datang dengan angin dan fenomena iklim lainnya dan balon-balon dari daerah sepanjang garis demarkasi dan perbatasan," kata Korut dalam pengumuman penyelidikannya sendiri, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga

Kantor berita KCNA mengatakan seorang tentara berusia 18 tahun dan siswa taman kanak-kanak berusia lima tahun melakukan kontak dengan benda tak dikenal "di bukit sekitar barak dan pemukiman" di timur kabupaten Kumgang awal April lalu. Mereka menunjukkan gejala dan dites positif virus corona.

"Hasil penyelidikan menunjukkan beberapa orang yang datang dari daerah Ipho-ri di Kabupaten Kumgang, Provinsi Kangwon ke ibukota pada pertengahan April mengalami demam dan kasus demam meningkat drastis diantara kontak mereka," kata kantor berita pemerintah Korut itu.

KCNA mengatakan kasus demam yang dilaporkan di Korut hingga pertengahan April disebabkan penyakit yang lain. Tapi mereka tidak menjelaskannya.

Selama puluhan tahun aktivis dan pembelot Korut di Korsel mengirimkan balon-balon yang membawa pamflet dan bantuan kemanusiaan di sepanjang perbatasan. Pemerintah mantan Presiden Moon Jae-in melarang kampanye itu pada 2020 lalu.

Alasannya demi keselamatan warga di perbatasan tapi para aktivis menyebut larangan itu untuk menutupi kebobrokan Pyongyang. Serta upaya membungkam kritik di tengah upaya meningkatkan hubungan antarperbatasan.

Korut sedang dilanda gelombang pertama pandemi Covid-19 dan mendeklarasikan darurat nasional pada Mei lalu. Setelah menerapkan peraturan ketat untuk mencegah virus masuk ke negara itu.

Pada Juli 2020 Pemimpin Korut Kim Jong Un mendeklarasikan masa darurat dan memberlakukan karantina wilayah di Kota Kaesong yang terletak dekat perbatasan antar-Korea. Setelah seorang pria yang membelot ke Korsel pada 2017 dan pulang ke kota itu menunjukkan gejala Covid-19.

Korut mengklaim gelombang Covid-19 sudah menunjukkan reda. Tapi pakar curiga angkanya tidak dilaporkan dengan benar karena dirilis melalui media yang dikendalikan pemerintah. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement