Jumat 01 Jul 2022 15:11 WIB

Bapenda Seluruh Indonesia Kumpul di Jabar, Apa yang Dibicarakan?

HKPD memberikan ruang kepada daerah untuk mengoptimalkan potensi pendapatan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Kepala Bapenda Jabar, Dedi Taufik
Foto: Istimewa
Kepala Bapenda Jabar, Dedi Taufik

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengurus Asosiasi Pengelola Pendapatan Daerah Indonesia (APPDI) menggelar rapat koordinasi membahas implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD). Menurut Ketua APPDI yang juga Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda), Dedi Taufik, HKPD sudah bukan hal yang perlu diperdebatkan karena sudah menjadi Undang-undang. 

Namun, kata Dedi Taufik, yang menjadi fokus pembahasan kali ini adalah membentuk sinergi antara pemerintah pusat dan daerah saat produk kebijakan berlanjut menjadi peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri (Permen), hingga Peraturan Daerah (Perda) di tingkat provnisi hingga kabupaten kota. Karena berpengaruh pada mekanisme, prosedur saat dijalankan. 

“Karena UU sudah lahir, tinggal peraturan pemerintahnya terkait  opsen PKB/BBNKB, transfer keuangan daerah, perhitungan DAU, Dana bagi hasil dan sebagainya. Kita rumuskan disini. Jadi ini sifatnya bottom up dari pemprov atau asosiasi APPDI. Kita bahas dulu isyu-isyunya, apa saja yang bisa kita rekomendasikan dengan pemerintah pusat,” ujar Dedi usai Rapat Koordinasi di Kabupaten Bandung Barat, Kamis petang (30/6).

Dedi mengatakan, dalam HKPD ini pasti ada beberapa ketentuan yang diatur petunjuk pelaksanaan. Jadi nanti, akan dirumuskankan dalam bentuk Peraturan Pemerintah.

"Kita akan buat rekomendasi untuk isi dari PP ini. Nanti hasil rapat koordinasi ini berbuah rekomendasi untuk Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri,” katanya.

HKPD ini, kata dia, memberikan ruang kepada daerah untuk mengoptimalkan potensi pendapatan dan membuat inovasi- inovasi dalam melakukan pengelolaan pendapatan di berbagai jenis penerimaan. Namun, dalam implementasinya perlu diawali dengan pendataan potensi yang akurat. 

“Kan good data good decision, bad data bad decision, no data ya no decision. Intinya begitu. Sekarang contoh, data kendaraan antara pemerintah pusat yang dikeluarkan korlantas, kemendagri atau jasa raharja ada perbedaan. Kita di daerah harus padu serasi antara tim pembina samsat pusat, provinsi hingga kabupaten kota,” paparnya. 

Nanti, kata dia, berkaitan dengan bagi hasilnya akan dirumuskan bagaimana. Ini yang perlu dikonsolidasikankan. Potensi ini modal untuk pembangunan khususnya di Jabar, hampir semua pembangunan sumbernya dari PAD pajak kendaraan bermotor. 

"Nah ini perlu menjadi perhatian karena harus dijaga tanpa menyimpang dari aturan yang ada,” katanya. 

Sementara menurut, Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, A Fatoni, rapat kerja APPDI ini sangat penting. Karena semua pengurus Bapenda di wilayah Indonesia berkumpul membahas berbagai persoalan untuk membuat pendapatan daerah meningkat, termasuk merumuskan isu penting seperti HKPD. 

Pertemuan ini, kata dia, menjadi wadah koordinasi kepala Bapenda seluruh Indonesia. Forum ini akan menghasilkan rekomendasi yang bisa menghasilkan peningkatan pendapatan, sekaligus memberikan masukan kepada pemerintah pusat. Di antara mereka sendiri bertukar informasi, sehingga pendapatan yang sempat terpuruk di masa pandemi Covid-19 bisa meningkat lagi.

“Peningkatan pendapatan itu yang penting adalah PAD, ada pajak, retribusi. Ada pula primadona dari pajak kendaraan bermotor. Ada 40 persen kendaraan yang tidak membayar pajak. Kalau ini dioptimalkan maka pendapatan akan semakin baik,” katanya.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement