REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengingatkan keluarga Muslim Malaysia untuk kembali ke Alquran dan Sunnah sebagai pedoman ketika menghadapi kesalahpahaman.
Dia mengatakan perbedaan pendapat harus ditangani dengan cara yang terhormat dan etis. Ia menambahkan benih perpecahan dapat diatasi jika umat Islam kembali ke ajaran paling dasar dengan berpegang teguh pada Alquran dan Sunnah.
“Keajaiban Alquran secara keseluruhan menonjolkan semangat persatuan, dan di antara pilihan filosofis yang menyangkut persatuan adalah Keluarga Malaysia yang sejalan dengan ajaran Alquran dan Sunnah Nabi,” katanya, dilansir dari Malay Mail, Jumat (30/7/2022).
Hal itu disampaikan Perdana Menteri dalam pidatonya saat memimpin Konferensi Ulama Asia Tenggara 2022. Turut hadir Menteri di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama) Datuk Idris Ahmad dan Sekjen Liga Muslim Dunia Syeikh Muhammad Abdul Karim Al-Issa.
Delegasi dan tokoh agama dari 17 negara ikut serta dalam konferensi yang baru pertama kali digelar. Sementara itu, perdana menteri juga menyinggung isu penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di India, yang ia sebut sebagai tindakan provokatif yang mengancam kerukunan masyarakat multi-agama (India).
Ismail Sabri mengatakan insiden tersebut tidak hanya memicu protes dari umat Islam di India, tetapi juga dari masyarakat global, termasuk Malaysia. Ia mengatakan melemparkan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW adalah masalah yang sangat sensitif dan umat Islam berkewajiban untuk bereaksi, tetapi sesuai dengan tuntutan dalam kerangka agama.
“Hal ini untuk mencegah kita terjebak dalam permainan yang dimainkan oleh pihak tertentu yang ingin memancing permusuhan antarpemeluk berbagai agama,” katanya.
Ismail Sabri juga mengutuk tirani rezim Zionis Israel, yang terus menindas dan membunuh secara brutal warga Palestina tanpa melakukan upaya apapun untuk menghentikan pembunuhan dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.
Ismail mengatakan selama kunjungannya baru-baru ini ke Amerika Serikat, dia mengangkat masalah kekejaman Israel terhadap Palestina dan menyerukan penghentian tindakan kebrutalan ini melalui resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).