Yayasan Pusat Dakwah Mualaf Cinta Tauhid Perkuat Program Pembinaan
Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Yayasan Pusat Dakwah Mualaf Cinta Tauhid (PDMCT), Abdurrahman al Gonzaga (kiri), saat beraudiensi ke kantor Republika Perwakilan DIY-Jateng. | Foto: Muhammad Noor Alfian
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Para mualaf di wilayah DIY membutuhkan pembinaan dan bimbingan baik dalam aspek mental spiritual maupun sosial ekonomi. Oleh karenanya, Yayasan Pusat Dakwah Mualaf Cinta Tauhid (PDMCT) berkomitmen untuk memperkuat program pembinaan mualaf melalui berbagai kegiatan.
Hal itu disampaikan Ketua PDMCT, Abdurrahman Al Gonzaga, saat beraudiensi ke kantor Republika Perwakilan DIY-Jateng. Ia menuturkan, komunitas pembinaan untuk para mualaf ini sudah berdiri sejak 2002.
Menurut dia, saat ini jumlah mualaf yang dibina mencapai 72 kepala keluarga (KK) tersebar di wilayah Yogyakarta, Sleman, Bantul, dan Kulonprogo. “Kami memerlukan bantuan untuk menyosialisasikan program-program yayasan kami karena di luar sana banyak sekali para mualaf yang membutuhkan pembinaan. Mereka tidak tahu harus kemana setelah masuk Islam,” katanya.
Gonzaga berharap dengan dukungan kepada Yayasan PDMCT, maka para mualaf bisa lebih terarahkan. Pasalnya selama ini telah disediakan program yang dapat membimbing mualaf mulai dari nol.
“Alhamdulillah dari segi kegiatan pembinaan kita istiqomah, programnya sudah jelas. Harapannya mudah-mudahan bisa menjadi tempat yang baik untuk para mualaf belajar. Untuk itu kami menyadari tidak bisa berjalan sendiri karena kita perlu bersinergi dengan media juga dari tokoh masyarakat,” katanya.
Bersama PDMCT sebagai yayasan, pihaknya pun siap untuk menjadi sahabat para mualaf yang mau belajar memperdalam agama. Mulai dari konsultasi perasaan pasca syahadat hingga penguatan motivasi mualaf setelah masuk Islam.
“Biasanya kita bina mereka untuk lebih mengenali motivasi, kenapa dia masuk Islam. Intinya kita bantu supaya dia lebih kuat menemukan alasan yang sebenarnya. Apapun istilahnya yang paling penting dia yakin semua karena hidayah Allah,” ungkapnya.
Kemudian, setelah motivasi para mualaf sudah kuat, mereka dimasukkan ke program bagaimana mengenal Alquran mulai dari membaca Alquran dari dasar.
“Kami akan ajari mereka dari nol, mulai dari iqra hingga Alquran beserta kajian-kajiannya. untuk kajian akan dilakukan setiap Ahad, empat sampai lima kali dalam sebulan,” kata dia.
Demikian pula terkait aspek ekonomi, pihaknya telah bekerja sama dengan Lazizmu Depok, Sleman, terutama untuk memberikan bantuan modal usaha dan pelatihan keterampilan. Harapannya bantuan itu dapat meringankan beban kebutuhan ekonomi para mualaf.
“Sejak berdiri sampai sekarang selalu ada bantuan dari donatur dan pihak lain berupa beras dan sembako dan rutin setiap bulan tiga kali kita bagikan. Ini terasa sangat bermanfaat dan membantu mualaf jadi tidak membeli sembako karena ya sudah terbantu dari pengajian,” terangnya.
Lebih lanjut Gonzaga menyadari perlu faktor lain selain ekonomi untuk para mualaf salah satunya adalah pendidikan, khususnya bagi anak-anak mualaf itu. Sebab, menurutnya mualaf selain butuh pengajian juga membutuhkan faktor lain untuk tetap aktif di yayasan.
“Oh, ngaji saja tidak cukup, harus berjalan beriringan dengan program yang lain seperti ekonomi dan pendidikan. Untuk itu kami berupaya menggandeng para donatur sediakan bantuan pendidikan untuk mereka,” tegas dia.