Jumat 01 Jul 2022 18:49 WIB

Ini Kata Sosiolog Terkait Masalah Holywings

Kepolisian harus menyelidiki apakah tindakan ini memiliki tujuan tertentu.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Suasana salah satu bar-resto Holywings di Jakarta, Selasa (28/6/2022). Pemprov DKI Jakarta melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan penutupan secara serentak terhadap 12 outlet perusahaan bar dan resto Holywings di Jakarta hari ini. Penutupan tersebut dilakukan setelah ditemukannya sejumlah pelanggaran diantaranya pelanggaran izin usaha atau belum memiliki sertifikat standar KBLI 56301 jenis usaha Bar yang telah terverifikasi. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana salah satu bar-resto Holywings di Jakarta, Selasa (28/6/2022). Pemprov DKI Jakarta melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan penutupan secara serentak terhadap 12 outlet perusahaan bar dan resto Holywings di Jakarta hari ini. Penutupan tersebut dilakukan setelah ditemukannya sejumlah pelanggaran diantaranya pelanggaran izin usaha atau belum memiliki sertifikat standar KBLI 56301 jenis usaha Bar yang telah terverifikasi. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunyoto Usman menilai kontrol pemerintah daerah (pemda) sangat lemah dalam mengawasi outlet Holywings. Pemda baru bergerak setelah mendapat protes masyarakat menyusul Holywings yang membuat masalah terkait agama.

"Dugaan saya, kontrol pemda amat lemah. Pemda ribut setelah ada kejadian dan protes masyarakat," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (1/7/2022). 

Dia menambahkan, dibutuhkan mekanisme kontrol yang lebih ketat. Dia juga meminta, pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga harus lebih serius mengontrol kinerja Pemda. Dia juga meminta, kepolisian harus menyelidiki apakah tindakan ini memiliki tujuan tertentu seperti sengaja menciptakan kegaduhan di masyarakat.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, Sunyoto meminta harus ada pembatasan lokasi, jam buka, dan pelanggannya. "Beri sanksi keras juga bagi pelanggan yang mabuk di lokasi," katanya 

Lebih lanjut dia  juga meminta, bisnis minuman keras harus dibatasi. Menurutnya, bisnis semacam ini memberikan banyak dampak negatif. Dia mencontohkan, di banyak negara maju, kecelakaan lalu lintas banyak karena minuman keras. "Malah tampak kita (Indonesia) terlalu bebas," ujarnya.

Sebelumnya Pemprov DKI secara resmi telah mencabut izin usaha seluruh outlet Holywings yang ada di Jakarta. Pencabutan izin itu, buntut promosi minuman keras gratis setiap Kamis bagi siapapun yang bernama Muhammad dan Maria. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement