Jumat 01 Jul 2022 18:56 WIB

Agar Bekerja Mengandung Nilai Ibadah

Bekerja dalam pandangan Islam mengandung nilai ibadah

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
bekerja (ilustrasi).
Foto: Pixabay
bekerja (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Musa Asy'arie menjelaskan bahwa bekerja sejatinya harus dipahami seorang Muslim sebagai suatu keharusan, bukan karena ia takut akan kemiskinan semata. Sebab, menurut Musa, bekerja mengandung nilai ibadah yang merupakan bagian dari amal saleh.

"Bekerja dalam pandangan Islam mengandung nilai ibadah," kata Musa.

Baca Juga

Karena, bekerja bukan serta-merta dibayangi ketakutan terhadap kemisikinan, melaksanakan kerja dengan tekun pun bukan semata-mata untuk mendapatkan harta kekayaan saja. Lebih dari itu, dia menilai, pemahaman ten tang bekerja harus berdasarkan sebagai tuntutan kualitas untuk diri dalam beribadah.

Berdasarkan hal demikian, melalui kerja dan amal usaha, maka tinggi rendahnya mar tabat manusia dapat diukur dari kualitas usaha kerjanya. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah al-Ahqaf ayat 19, "Wa likulli darajaatun mimma amiluu, waliyuwaf fiyahum a'maalahum wa hum laa yuzhlamun".

Yang artinya, "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan".

Dalam fikih, sesuatu yang diwajibkan bila dikerjakan secara benar, akan menghasilkan kebaikan dan pahala dari Allah. Sebaliknya, jika ia ditinggalkan, akan menghasilkan keburuk an dan dosa. Dalam kerangka berpikir demi kian, malas atau tidak bekerja bisa dikategorikan sebagai perbuatan dosa dan sia- sia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement