REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Musa Asy'arie menjelaskan bahwa bekerja sejatinya harus dipahami seorang Muslim sebagai suatu keharusan, bukan karena ia takut akan kemiskinan semata. Sebab, menurut Musa, bekerja mengandung nilai ibadah yang merupakan bagian dari amal saleh.
"Bekerja dalam pandangan Islam mengandung nilai ibadah," kata Musa.
Karena, bekerja bukan serta-merta dibayangi ketakutan terhadap kemisikinan, melaksanakan kerja dengan tekun pun bukan semata-mata untuk mendapatkan harta kekayaan saja. Lebih dari itu, dia menilai, pemahaman ten tang bekerja harus berdasarkan sebagai tuntutan kualitas untuk diri dalam beribadah.
Berdasarkan hal demikian, melalui kerja dan amal usaha, maka tinggi rendahnya mar tabat manusia dapat diukur dari kualitas usaha kerjanya. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah al-Ahqaf ayat 19, "Wa likulli darajaatun mimma amiluu, waliyuwaf fiyahum a'maalahum wa hum laa yuzhlamun".
Yang artinya, "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan".
Dalam fikih, sesuatu yang diwajibkan bila dikerjakan secara benar, akan menghasilkan kebaikan dan pahala dari Allah. Sebaliknya, jika ia ditinggalkan, akan menghasilkan keburuk an dan dosa. Dalam kerangka berpikir demi kian, malas atau tidak bekerja bisa dikategorikan sebagai perbuatan dosa dan sia- sia.