SD Negeri Minim Pendaftar, Pengamat: Harus Dibangun Kultur Sekolah
Rep: c01/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal. | Foto: Republika/Wahyu Suryana
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Dasar (SD) pada tahun ini di Kabupaten Sleman menunjukkan adanya 23 sekolah yang jumlah pendaftarnya di bawah 10 siswa.
Menurut keterangan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, hal itu dimungkinkan terjadi karena anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah di sekitar SD tersebut memang sedikit dan adanya keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah swasta.
Pengamat pendidikan sekaligus pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal memberikan tanggapannya terkait hal tersebut.
"Kalau memang bukan karena itu (Jumlah anak yang memasuki usia sekolah yang sedikit-Red) maka yang harus dilakukan adalah membangun kultur sekolah. Orang tua itu terkadang tidak membutuhkan nilai apalagi di daerah pinggiran. Orang tua itu butuh karakter siswa yang mandiri, mau belajar sendiri, dan mau peduli terhadap persoalan di rumah," kata Nur Rizal, Jumat (1/7/2022)
Nur Rizal menjelaskan, seharusnya sekolah dapat menangkap aspirasi dari orang tua dengan mengembangkan kultur sekolah yang memiliki tingkat kepedulian tinggi. Kultur sekolah yang dibangun harus menekankan pada pembentukan karakter siswa dan dapat membangun pengetahuan siswa yang bisa didedikasikan untuk masyarakat luas.
Menurut Nur Rizal, perubahan kultur sekolah dapat dimulai dengan melakukan perubahan cara mengajar menjadi lebih menginspirasi, dapat memberikan kepercayaan diri pada siswa, dan memberikan ruang kreativitas.
"Kalau kultur itu terbangun, karakter siswa terbangun, bayangan saya keterhubungan sekolah dan orang tua itu akan lebih tinggi karena siswanya itu nanti tidak hanya pintar sendiri tetapi juga bisa menjadi warga negara yang baik dan bermanfaat bagi komunitas di sekitarnya," katanya.
Ia menjelaskan apabila hal tersebut dapat diimplementasikan dengan baik maka akan mendapatkan timbal balik positif dari komunitas di sekitarnya, seperti dengan menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut. Nur Rizal juga menyarankan bagi sekolah dengan jumlah pendaftar yang minim sebaiknya mengikuti jejering komunitas pendidikan yang dapat membangun kultur sekolah.