REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Fitriani, menilai langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky, merupakan bukti diplomasi nyata untuk mendamaikan kedua negara.
"Upaya Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin Indonesia yang merupakan chair G20 tahun ini, adalah bentuk diplomasi nyata untuk mendorong perdamaian di Ukraina," kata pengamat hubungan internasional Fitriani, Jumat (1/7/2022).
Fitriani juga menilai, kunjungan ini sebagai upaya Jokowi menunjukkan ke negara-negara G7 bahwa Indonesia menanggapi serius serangan Rusia ke Ukraina. Sebagai pemimpin forum G20, Indonesia berada dalam posisi strategis untuk mendamaikan Ukraina-Rusia. Selain itu, Indonesia juga punya hubungan yang baik dengan Ukraina dan Rusia.
"Ada ekspektasi yang besar di bahu Presiden Jokowi bahwa kunjungannya ke Ukraina dan Rusia sebagai "juru damai" dan dapat membuat perubahan berarti," ujar Fitriani.
Perang kedua negara tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tapi juga berdampak pada kenaikan harga komoditas, termasuk energi dan menimbulkan krisis pangan di berbagai negara. Pukulan keras saat dunia berusaha keluar dari krisis akibat Covid-19.
Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apa pun, kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai. "Rantai pasok pangan, pupuk, energi dapat segera diperbaiki karena ini menyangkut kehidupan ratusan juta orang, bahkan miliaran manusia,” kata Jokowi dalam konferensi pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.