Sabtu 02 Jul 2022 23:12 WIB

Kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina, Ini 4 Catatan Helmy Faishal 

Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk mencari jalan perdamaian

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat memberikan keterangan pers bersama usai pertemuan di Istana Kremlin, Kamis (30/6).
Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat memberikan keterangan pers bersama usai pertemuan di Istana Kremlin, Kamis (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perjalanan Presiden Joko Widodo terkait kunjungan kenegaraan ke Eropa-Ukraina dan Russia memiliki misi Kemanusiaan untuk merajut perdamaian. 

Oleh karena itu anggota Komisi I DPR RI, Helmy Faishal Zaini, meyakini kehadiran Presiden Joko Widodo akan memberikan kontribusi besar bagi perdamaian, khususnya Russia-Ukraina.

Baca Juga

Helmy menegaskan sebab yang pertama, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menjunjung tinggi perdamaian dunia.

Hal, ini sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia berkomitmen untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 

"Lawatan Presiden Jokowi ke Kyiev dan Moskow untuk menemui Presiden Zelensky dan Presiden Putin merupakan langkah yang sangat positif. Langkah tersebut merupakan upaya konkret untuk merajut misi perdamaian," kata mantan Sekjen PBNU ini, Sabtu (2/7/2022).

Kedua, lanjut dia, kunjungan tersebut merupakan kontribusi penting sebagai komitmen Indonesia yang ikut andil dalam upaya perdamaian dunia. "Indonesia memiliki posisi strategis dalam konteks mewujudkan perdamaian atas konflik yang terjadi di Rusia dan Ukraina," imbuhnya.

Ketiga, dunia menyambut baik dan positif langkah strategis dan berani yang dilakukan oleh Indonesia. Ini merupakan signal baik dan modal penting untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Keempat, misi tersebut, selain mewujudkan perdamaian dan bernilai kemanusiaan, juga harus dimaknai sebagai upaya Indonesian untuk mengakhiri krisis multidimensi yang diakibatkan konflik kedua negara.

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina memiliki dampak global, termasuk kenaikan terhambatnya rantai pasok makanan dan kenaikan harga bahan pangan.

"Kami sangat optimistis pemerintah Indonesia dapat membantu menjadi komunikator yang dapat menjembatani kebutuhan dan ketegangan konflik yang terjadi," terangnya.    

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement