Ahad 03 Jul 2022 12:17 WIB

Anthony Fauci Covid Rebound Setelah Minum Paxlovid

Covid-19 rebound adalah kondisi gejala covid kembali muncul setelah negatif.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka AS.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat (AS) sekaligus kepala penasihat medis Presiden Biden, Dr Anthony Fauci, dinyatakan positif Covid-19 belum lama ini. Baru-baru ini ia membagikan pengalamannya bahwa dirinya mengalami Covid-19 rebound setelah minum obat antivirus Paxlovid.

Covid-19 rebound merupakan sebuah kondisi di mana gejala Covid-19 kembali muncul atau hasil tes Covid-19 kembali positif setelah sebelumnya negatif. Kondisi ini dapat terjadi antara dua hingga delapan hari setelah kondisi pasien membaik.

Baca Juga

"Saya positif Covid-19 sekitar dua pekan yang lalu, dengan gejala yang sangat minim. Ketika mereka meningkat, mengingat usia saya, saya menggunakan Paxlovid selama lima hari," kata Fauci (81 tahun) seperti dikutip laman CNN International, Ahad (3/7/2022).

Fauci memuji obat itu karena membuatnya terhindar untuk dirawat di rumah sakit. Namun, setelah lima hari menggunakan obat itu, dia dites negatif. Dia menjalani tes negatif selama tiga hari berturut-turut. Pada hari keempat dia dinyatakan positif lagi. "Itu semacam apa yang orang sebut sebagai rebound Paxlovid," katanya.

Sampai saat ini, kasus rebound Paxlovid terbatas pada studi kecil dan pengalaman yang dibagikan di media sosial. Pakar penyakit menular telah meminta pemerintah untuk mempelajari contoh rebound lebih sistematis.

Pihak pemerintah mengatakan, fenomena tersebut perlu dikarakterisasi lebih baik untuk memahami siapa yang paling berisiko dan apakah pengobatan standar 5 hari dengan obat harus diperpanjang untuk mencegahnya. Terlebih lagi, para ahli mengatakan, penelitian telah menunjukkan bahwa orang dapat menularkan infeksi kepada orang lain selama fenomena rebound, yang merupakan alasan lain untuk lebih memahaminya.

Pfizer, perusahaan yang membuat Paxlovid, mengatakan, penelitiannya menunjukkan rebound jarang terjadi dan pun terjadi pada orang yang menggunakan obat tersebut serta mereka yang menggunakan pil plasebo. Karena penyelidik mencatat fenomena pada kedua kelompok, perusahaan tidak percaya itu terkait dengan pengobatan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan peringatan kesehatan kepada dokter pada 24 Mei. Bahwa gejala Covid-19 terkadang kembali, dan mungkin begitulah cara infeksi terjadi pada beberapa orang, terlepas dari apakah mereka divaksinasi atau diobati dengan obat-obatan seperti Paxlovid. CDC lebih lanjut mengatakan sebagian besar kasus rebound melibatkan penyakit ringan dan tidak ada laporan penyakit serius.

Dalam kasus Fauci, dia mengatakan gejalanya memburuk ketika virus kembali setelah perawatan. "Pada hari berikutnya atau lebih saya mulai merasa sangat buruk, jauh lebih buruk daripada pada putaran pertama," katanya.

Dokternya meresepkan kursus Paxlovid lain. "Saya kembali menggunakan Paxlovid, dan sekarang saya berada di hari keempat dari kursus lima hari dari kursus kedua saya Paxlovid. Untungnya, saya merasa cukup baik. Maksud saya, saya tidak sepenuhnya tanpa gejala, tapi saya pasti jangan merasa sakit parah," kata Fauci.

Dr Michael Charness, di Boston VA Healthcare System telah mempelajari kasus rebound Paxlovid. Dia mengatakan kasus Fauci benar-benar menggambarkan betapa kita masih perlu belajar tentang obat. "Kursus klinisnya menggarisbawahi betapa kita perlu belajar tentang dosis optimal dan durasi pengobatan antivirus infeksi Omicron. Kami juga hanya tahu sedikit tentang manajemen terbaik dari infeksi rebound parah," kata Charness dalam pesan tertulis kepada CNN.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement