Ahad 03 Jul 2022 13:15 WIB

Waktu Idul Adha Berbeda, Ini Pesan Kemenag untuk Umat

Para tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk sama-sama menjaga toleransi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Waktu Idul Adha Berbeda, Ini Pesan Kemenag untuk Umat (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Waktu Idul Adha Berbeda, Ini Pesan Kemenag untuk Umat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Waktu Idul Adha yang ditetapkan Kementerian Agama (Kemenag) berbeda dengan di Arab Saudi. Kemenag menetapkan Idul Adha jatuh pada Ahad (10/7/2022) karena awal Dzulhijjah jatuh pada Jumat (1/7/2022), sementara Arab Saudi menetapkan Idul Adha pada Sabtu (9/7/2022).

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag, Adib, memberikan pesan-pesan kepada umat Islam Indonesia terkait perbedaan waktu Idul Adha tersebut. Menurut dia, umat Islam di Indonesia umumnya telah memiliki kesadaran pentingnya mengedepankan toleransi dalam menyikapi perbedaan, apalagi perbedaan tersebut dalam hal-hal yang bersifat furu'iyah bukan ushuliyah.

Baca Juga

"Dalam konteks ini kami berharap kepada para tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk sama-sama menjaga toleransi yang telah terbangun di tengah masyarakat, dan tidak mempertentangkan persoalan persoalan khilafiyah, termasuk dalam penetapan hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah," kata Adib saat diwawancarai Republika, Ahad (3/7/2022).

Ia menjelaskan, masing-masing memiliki argumentasi baik naqliyah maupun aqliyah, sehingga ada perbedaan waktu Idul Adha.

Ia menegaskan bahwa yang terpenting dalam menjalankan ibadah termasuk puasa sunah, shalat sunah Idul Adha dan qurban itu dua hal. Pertama, harus didasarkan pada niat karena Allah atau yang dikenal dengan ikhlas. Kedua, sejalan dengan ketentuan syariat Islam.

"Berbicara ketentuan syariat Islam ini dasarnya adalah dalil-dalil syar'i yaitu Alquran, hadis, ijma', dan qiyas. Baik yang menetapkan awal bulan Hijriyah menggunakan pendekatan rukyatul hilal, ilmu hisab, maupun kriteria imkanur rukyah didasarkan pada landasan dalil naqli dan aqli tersebut," jelas Adib.

Untuk itu, Adib mengajak semuanya selalu menjunjung tinggi sikap toleransi dan saling menghargai perbedaan di tengah umat. Karena perbedaan itu adalah rahmat.

Sebelumnya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag menjelaskan mengapa terjadi perbedaan waktu Idul Adha di Arab Saudi dan Indonesia. Adib, menjelaskan, perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi disebabkan karena letak Arab Saudi lebih barat dari Indonesia.

"Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, tetapi hilal justru mungkin terlihat lebih dahulu di Arab Saudi, karena terlihatnya di sebelah barat pada saat matahari terbenam atau dikenal dengan istilah ghurub asy-syams," ujar Adib.

Adib menjelaskan, semakin ke arah barat dan bertambahnya waktu, maka posisi hilal akan semakin tinggi dan semakin mudah dilihat. Sementara, letak geografis Arab Saudi berada di sebelah barat Indonesia. Sehingga pada tanggal yang sama posisi hilal di sana lebih tinggi.

"Jadi kurang tepat jika memahami karena Indonesia lebih cepat 4 jam dari Arab Saudi, maka Indonesia mestinya melaksanakan hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah juga lebih awal, jelas pemahaman ini kurang tepat," kata Adib.

Ia mengatakan, berdasarkan data hisab, pada akhir Dzulkaidah 1443 Hijriyah, ketinggian hilal di Indonesia antara 0 derajat 53 menit sampai 3 derajat 13 menit dengan elongasi antara 4,27 derajat sampai 4,97 derajat.

"Sementara pada tanggal yang sama, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dengan posisi yang ada di Indonesia. Jadi kemungkinan hilal terlihat di Arab Saudi sangat besar," jelas mantan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Barat ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement