Ahad 03 Jul 2022 17:43 WIB

AS, Korsel, dan Jepang Perkuat Kerja Sama Militer, Ini Respons Korut

kesepakatan penguatan kerja sama militer

Red: Agung Sasongko
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, menghadiri pertemuan Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara Rabu, 22 Juni 2022. Wartawan independen tidak diberikan akses untuk meliput acara yang digambarkan dalam gambar ini didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara.
Foto: AP/KCNA via KNS
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, menghadiri pertemuan Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara Rabu, 22 Juni 2022. Wartawan independen tidak diberikan akses untuk meliput acara yang digambarkan dalam gambar ini didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Utara mengkritik kesepakatan penguatan kerja sama militer baru-baru ini antara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang baru-baru ini sebagai sarana untuk mewujudkan rencana AS membangun aliansi militer, seperti NATO di wilayah tersebut.

Juru bicara kementerian luar negeri Korut memberikan pernyataan seperti itu ketika ia menjawab pertanyaan KCNA, kantor berita negara Korut tersebut melaporkan pada Minggu.

Baca Juga

"Realitas jelas menunjukkan bahwa tujuan AS sebenarnya dengan menyebarkan desas-desus tentang 'ancaman dari Korea Utara' adalah mencari alasan untuk mencapai supremasi militer di kawasan Asia-Pasifik," kata juru bicara kemenlu.

"Keadaan saat ini membuat upaya pertahanan negara semakin mendesak untuk ditingkatkan agar dapat secara aktif mengatasi situasi keamanan yang memburuk dengan cepat," kata jubir, menambahkan.

Para pemimpin Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang pekan lalu bertemu di sela-sela KTT NATO(Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan sepakat untuk mengeksplorasi cara lebih lanjut untuk memperkuat upaya menghadapi Korea Utara.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya.

(QS. An-Nisa' ayat 157)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement