REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN-- Kota Tangerang, Banten, dalam kondisi terancam kekurangan air, karena ketersediaan air sudah sangat minim, sehingga harus dijaga ketersediannya. "Beberapa ketersediaan air di situ, kali, sungai dan daerah resapan air harus kembali ditingkatkan kembali karena kondisinya saat ini sudah minim," kata Dirjen Direktorat Sungai dan Pantai, Pitoyo Subandrio ditemui usai semiloka Hari Air Dunia Kota Tangsel di Hotel Aryaduta, Selasa.
Oleh karena itu, Pitoyo meminta Pemerintah Daerah untuk berperan aktif dalam menjaga air. Meski, di Kota Tangsel terdapat sembilan situ. Hanya saja air yang ada di daerah tersebut bukan menjadi jaminan. "Saat ini, Tangsel belum memiliki resapan air. Jadi, hanya mengandalkan dari situ. Jadi, sangat rawan sekali bila tidak ada sistem penghematan," katanya.
Ketua Himpunan Ahli Teknik Hydrolik, Suwardi mengatakan, tugas menjaga ketersediaan air, tidak hanya pemerintah melainkan masyarakat. Pasalnya, bila hanya mengandalkan ketersediaan daerah resapan, maka akan sangat berbahaya.
Sebab, daerah resapan hanya bergantung pada air hujan. Hanya saja, hujan yang saat ini terjadi, sifatnya fluktuatif. UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air perlu dilaksanakan saat ini. Karena, UU tersebut mengatur tentang Pemerintah Daerah menjaga ketersediaan air di wilayahnya.
"Bila hujan yang terjadi turun secara ekstrim, maka air itu bukan menjadi persediaan namun mengakibatkan banjir. Jadi, harus ada perbaikan drainase," katanya. Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangsel, Judianto mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan perbaikan ke sejumlah drainase untuk mengatasi banjir, termasuk meningkatkan kewaspadaan peningkatan debit air di situ.
Sedangkan untuk membuat daerah resapan, pihaknya sudah membangun di Pamulang. Untuk di daerah lainnya, masih terbentur dana. "Pembuatan daerah resapan, membutuhkan biaya yang besar. Hanya saja, kita lakukan perbaikan drainase," katanya.