REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Banyak spanduk terpaang di ruas wilayah ibukota Jakarta. Meski tidak terang-terangan dimaksudkan untuk berkampanye, namun tetap terlihat adanya suasana perang spanduk antar tokoh yang digadang-gadang akan maju pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 mendatang.
Kebanyakan spanduk hanya berisi ucapan selamat menunaikan ibadah puasa. Anehnya, spanduk-sapanduk ini telah meramaikan jalan-jalan selama hampir lebih dari satu bulan.
Kepala Seksi Penertiban Satuan Polisi Pamong Praja, Darwis F Silitonga, mengatakan pemasangan spanduk memang tidak dilarang. "Spanduk-spanduk ucapan selamat berpuasa diperbolehkan namun ada waktunya," ucapnya saat dihubungi Republika, Selasa (23/8).
Pemasangan spanduk, katanya, mempunyai waktu selama kurang lebih dari dua minggu. Setelah lewat dari dua minggu, maka sudah seharusnyalah spanduk-spanduk tersebut dicopot. Namun kondisi di lapangan mengatakan lain.
Masih banyak spanduk yang terpasang, mulai dari figur selebriti hingga politisi seperti Tantowi Yahya, politisi Partai Golkar Aziz Syamsuddin, dan Prya Ramadani, sampai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli. Dari pengusaha dan Ketua PWNU DKI Jakarta Djan Farid sampai sosok incumbent Gubernur Fauzi Bowo. Dan tak ketinggalan spanduk Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana yang turut meramaikan perang spanduk ini.
Hasil dari Pemantauan Birokrasi dan Pelayanan Publik Indonesia ditemukan spandung 'Bang Kumis' yang mendominasi. Baik itu di setiap jalan protokol bahkan hingga tiap gang sempit ibu kota serta di hampir tiap kantor pelayanan publik yang sangat dipadati warga Jakarta. Titik lokasi pemasangan spanduk Foke terpampang di sekitar Puskesmas, gedung sekolah, rumah ibadah dan masjid-masjid, jembatan penyebrangan hingga pasar.
Dengan mendominasinya spanduk Foke yang 'menjual' dirinya melalui spanduk maupun baliho, secara tidak langsung, Foke menunjukkan bahwa dirinya telah merasa gagal memimpin Jakarta. Serta tidak mampu meraih simpati publik Jakarta karena tidak dapat mensejahterkan masyarakatnya sehingga harus berkampanye lagi melalui atribut-atribut reklame.
Terlebih Foke dengan mega proyeknya diantaranya Banjir Kanal Timur (BKT), masih menyisakan masalah sosial terhadap warga-warga yang tanahnya tergusur namun belum diberikan ganti rugi. BKT belum mampu menjawab masalah banjir Jakarta. Proyek transportasi massal yang masih terbengkalai termasuk sejumlah koridor busway yang belum mampu dituntaskannya. Padahal sebagian besar telah dimulai di era Sutiyoso.
Terkait hal tersebut, Darwis membantah telah melakukan tebang pilih spanduk. "Semua spanduk yang melewati masa pasang kami tertibkan," jelasnya.
Apalagi beberapa waktu lalu, Foke sendiri lah yang menginstruksikan kepada Satpol PP DKI untuk menertibkan spanduk karena dianggap menambah kumuh Jakarta, termasuk spanduk dirinya.
Sampai dengan (7/8) lalu, Satpol PP telah menertibkan sebanyak 9.647 spanduk. Adapun rinciannya sebagai berikut, 2.814 spanduk dari Jakarta Pusat, 2.754 dari Jakarta Timur, 1.391 dari Jakarta Selatan, 924 dari Jakarta Barat, 840 dari Jakarta Utara dan 924 berasal dari Satpol PP Provinsi. Hasil dari penertiban ini disimpan di dalam gudang milik Satpol PP DKI.
Jika pihak yang bersangkutan, ingin mengambil kembali spanduk tersebut, Darwis mempersilahkannya. "Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, spanduk tidak diambil," jelasnya. Apabila dalam waktu lama, spanduk tidak diambil, maka Satpol PP DKI akan memusnahkannya.