REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maraknya kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap perempuan di angkot memang membuat banyak perempuan merasa cemas.
Namun Kapolres Jakarta Barat, Kombes Setija Junianta, mengatakan perampokan tanpa pemerkosaan itu jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan perampokan yang disertai pemerkosaan. "Kalau perampokan dengan pemerkosaan itu cenderung kasuistik sehingga tidak bisa digeneralisir. Kebanyakan kasusnya hanya perampokan saja," katanya, Jumat, (16/9).
Secara umum, terang Setija, perampokan itu terjadi karena adanya faktor kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi. Seperti perut itu harus selalu diisi dengan makanan. Kalau orang tidak memiliki pekerjaan, namun kebutuhan makan semakin mendesak akhirnya yang terjadi perampokan.
Namun secara umum peristiwa semacam itu juga terjadi karena adanya faktor dan kesempatan. "Kalau pun ada niat tetapi kesempatan tidak ada maka kejahatan tidak terjadi," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Setija, pada umumnya pelaku itu awalnya hanya ingin merampok. Kalau pun terjadi pemerkosaan, mungkin karena melihat kesempatan saja. Oleh karena itu, dia selalu mengingatkan agar wanita tidak memakai perhiasan yang mencolok saat di keluar rumah atau melakukan perjalanan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi niat jahat dan kesempatan.
Setija mengatakan pihaknya akan berupaya keras mengurangi kejahatan, baik perampokan maupun pemerkosaan. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan patroli polisi ke tempat-tempat yang rawan dilakukan aksi kejahatan, termasuk tempat sepi.
Di tempat terpisah, Fadli, warga Jakarta, mengatakan untuk mengurangi kejahatan seperti perampokan, polisi seharusnya patroli secara terus-menerus selama 24 jam. Mereka bisa berjaga secara bergiliran. Patroli jangan hanya dilakukan pada jam-jam tertentu saja. "Sebab di Jakarta ini hampir setiap hari terjadi kejahatan seperti perampokan maupun pencurian," katanya.