REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Program Pemerintah Kota Bogor terkait Bahan Bakar Gas (BBG) untuk angkot mangkrak di tengah jalan.
Hal ini karena Pertamina tidak bisa memenuhi pasokan BBG. Demikian disampaikan Kepala Bidang Angkutan Dinas Lalui Lintas Jalan Kota Bogor, Sujatmiko Baliarto, kepada Republika. "Penerapan BBG untuk angkot di Kota Bogor terkendala pasokan BBG dari Pertamina," ujarnya Kamis (28/9).
Sujatmiko menambahkan, mangkraknya program ini juga lantaran Pertamina di Kota Bogor tidak memiliki saluran gas sendiri. Untuk memenuhi permintaan BBG, Pemkot Bogor harus memesan langsung BBG dari Pertamina Jakarta.
Hal ini tentu saja membuat harga jual resmi BBG yang ditetapkan Pertamina yakni Rp 3.100 per liter meningkat. "Pengiriman BBG dari Jakarta menciptakan ketidakjelasan harga jual BBG," katanya.
Menurut Sujatmiko, Pemkot Bogor sudah berusaha optimal melaksanakan program BBG untuk angkot. Contohnya, Pemkot Bogor telah memberi sebanyak kurang lebih 1.001 tabung mesin BBG (converter kit) secara cuma-cuma untuk digunakan pada mesin angkot.
Selain itu, Pemkot Bogor juga telah membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) di Terminal Baranangsiang. SPBB tersebut sedianya bakal dijadikan sentra pengisian BBG bagi para sopir angkot. Namun demikian, upaya ini tidak terlalu berarti lantaran Pemkot Bogor harus selalu memesan pasokan gas dari Jakarta.
Sujatmiko berdalih, bila harga BBG tidak berselisih jauh dengan harga premium, sopir angkot lebih banyak yang memilih membeli premium. "Kalau seperti ini akan ada pembengkakan harga. Para sopir jadi enggan," tandasnya.