Jumat 09 Dec 2011 13:44 WIB

Dinilai Simbol Korupsi, Kediaman Anas Diserbu Laskar Anti-Korupsi

Rep: Satya Festiani/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

REPUBLIKA.CO.ID, DUREN SAWIT - Puluhan massa dari Laskar anti Korupsi melakukan demonstrasi di dekat kediaman Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Jumat (9/12). Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa korupsi di Indonesia sudah merajalela. "Anas Urbaningrum adalah simbol korupsi Indonesia," ujar Ketua Umum Laskar anti Korupsi, Habib Muchsin Ahmad Al-Atas.

Sekitar 60 demonstran tiba di rumah Anas, Teluk Semangka RT 06 RW 17, Duren Sawit, Jakarta Timur pukul 11.00 WIB. Massa yang mengenakan baju putih bertuliskan Laskar Anti-Korupsi itu bermaksud untuk berdemo di depan rumah Anas.

Namun, polisi telah bersiaga di sekitar rumah Anas dengan menggunakan perisai dan pakaian anti huru-hara. Akhirnya, dengan membawa spanduk bertuliskan 'Tangkap Koruptor. Tangkap Maling Uang Rakyat', massa berdemo sekitar 30 meter dari depan rumah Anas.

Polisi berusaha menghentikan aksi mereka. Beberapa warga mendatangi kerumunan massa. Mereka merasa terganggu dengan adanya demonstrasi. Massa akhirnya hanya memberikan pernyataan pada wartawan.

"Yang merusak rakyat ini adalah korupsi. Korupsi kita sudah stadium 4, itu dilakukakan berjamaah. Di Indonesia, Anas adalah simbol korupsi," ujar Muchsin.

Orator lainnya menuntut agar Anas ditetapkan sebagai tersangka berbagai kasus korupsi yang belum dituntaskan. Ia juga mempertanyakan asal kekayaan Anas. "Dari mana asal harta kekayaan Anas yang mampu membeli rumah megah?" tanya salah satu orator, Hasbi.

Ia juga ingin mengetahui ada berapa rumah milik Anas di wilayah tersebut dan berapa jumlah gaji Anas. Beberapa orang tidak dikenal yang menggunakan pakaian preman meminta para demonstran untuk membubarkan diri. "Bubar semuanya! Siapa yang kau bilang korupsi? Tutup mulut kau!," teriak salah seorang yang berpakaian preman.

Suasana sempat tegang setelah pria yang mengenakan pakaian preman itu mengusir massa. Karena ucapan mereka dianggap memprovokasi, polisi menggelandang orang-orang tersebut dari kerumunan massa.

Usai menyampaikan orasi, massa membubarkan diri. Mereka mengatakan akan datang kembali pada sore ini dengan membawa pasukan yang lebih banyak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement