Selasa 20 Dec 2011 13:16 WIB

Sopir Keluhkan Razia Seragam

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Chairul Akhmad
Razia angkot (ilustrasi)
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Razia angkot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KALIDERES – Para sopir angkutan kota (angkot) di Terminal Kalideres mengeluhkan razia seragam yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Razia ini mereka nilai kurang adil karena penyeragaman masih dalam proses sosialisasi.

Surat tilang yang diberikan petugas pun terasa ganjil karena tidak mencantumkan tanggal sidang yang harus dihadiri. Razia dan sidang ini otomatis mengurangi jam operasional mereka.

"Hampir setiap hari ada razia, padahal waktu sosialisasi belum habis, masih sampai tanggal 8 Januari," ujar Ketua Serikat Pengemudi Angkutan Umum (SPAU ), Karsono (40), Selasa (20/12).

Ditemui di Terminal Kalideres, Karsono mengatakan seragam sopir memang dibuat bertahap sesuai kebutuhan. Hingga saat ini, SPAU memayungi sekitar 1.000 unit angkot, di antaranya G03 (Kotabumi-Kalideres), B01 (Cikokol-Rawa Buaya), B02 (Cengkareng-Pasar Pagi), dan Metromini 80 (Kalideres-Jembatan Lima). Saat ini, baru 50 persen sopir yang mendapatkan seragam dan Kartu Pengenal Anggota (KPA) dan Kartu Pengenal Pengemudi (KPP).

Ada tahap seleksi yang harus dilalui para pengemudi sebelum mereka mendapatkan seragam, salah satunya mempunyai identitas yang jelas. SPAU membagi kriteria sopir, yaitu batangan (pagi), serep (siang), dan keliling (sopir pengganti). Semua sopir bisa mendapatkan seragam selama mereka bisa menunjukkan identitasnya, bisa berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau tanda pengenal lain.

Berdasarkan pantauan, sebagian besar sopir angkot memang sudah memiliki seragam, namun tidak semuanya memakai seragam tersebut ketika beroperasi. Banyak sopir yang hanya menggantungkan seragam mereka di balik bangku pengemudi. "Bahannya panas, lagian kita cuma punya satu," kata Iwan (35), sopir B02 jurusan Cengkareng-Pasar Pagi.

Para anggota SPAU sebelumnya sudah mendapatkan kaos sementara selagi menunggu seragam berupa kemeja selesai dijahit. Namun, kaos ini rupanya dianggap beberapa orang belum layak pakai. Satu kemeja yang harus mereka beli harga normalnya Rp 65 ribu.

Namun, mereka hanya perlu membayar sebesar Rp 35 ribu, karena sisanya akan ditarik dari iuran anggota SPAU yang dikumpulkan setiap hari. Para anggota SPAU memang menyetor Rp 5 ribu/unit mobil sebagai iuran tetap. Iuran ini akan dipakai jika terjadi kecelakaan, perawatan rumah sakit, penilangan, dan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement