REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Aksi penumpang atas atap (ataper) KRL ekonomi makin nekat saja. Meski pemerintah telah memberikan ancaman pidana, mereka tak beranjak dari kebiasaan lamanya, malah kawat berduri yang dipasang di sepanjang peron, tak bisa menghentikan aksi mereka memanjat atap KRL.
Pada waktu-waktu tertentu, khususnya menjelang maghrib hingga malam hari, ataper masih dapat ditemui di Stasiun Citayam dan Bojong Gede, Bogor. Di Stasiun Bojong Gede, Kabupaten Bogor, misalnya, sebagian kawat berduri sudah rusak oleh para ataper. Besi penyangga kawat-kawat itu sebagian bengkok dan hilang.
Rudi, seorang ataper yang turun di Stasiun Bojong Gede mengaku tahu tentang sanksi penjara yang dikeluarkan oleh PT KAI. Namun, penuh sesaknya penumpang di dalam gerbong membuatnya tak peduli akan hal itu. "Daripada desak-desakkan di dalam," kilahnya.
Para penumpang lainnya mengakui bahwa tiap jam pulang kantor, penumpang KRL ekonomi selalu membludak dan jauh dari nyaman bagi mereka. Penumpang berjubelan di dalam gerbong hingga tak menyisakan ruang, bahkan untuk berpegangan. Penumpang terpaksa bersandar pada tubuh penumpang yang lain. Tak jarang, sejumlah calon penumpang tak dapat masuk ke dalam gerbong. Sebaliknya penumpang yang sudah di dalam kesulitan untuk turun di stasiun tujuannya.