REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kenaikan BBM pada 1 April mendatang diyakini menjadi salah satu faktor meningkatnya tindak kejahatan dengan kekerasan di beberapa daerah tanah air. Masyarakat menjadi tidak tenang sehingga mencari cara cepat untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keselamatan hidup mereka.
Menurut Kriminolog Universitas Padjadjaran Yesmil Anwar, trend meningkatnya kejahatan disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya yaitu perhelatan politik dan kebijakan pemerintah yang cenderung merugikan masyarakat.
"Nah kalau saat ini, rencana kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM menjadi salah satu faktor yang membuat tindak kejahatan meningkat," kata Yesmil saat dihubungi Republika, Ahad (18/3).
Yesmil mengatakan, pemerintah yang mengumumkan rencana kenaikan itu membuat masyarakat resah. Sehingga , membuat masyarakat harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi.
"Kalau orang bermental penjahat, maka timbul dalam pemikiran mereka menimbun barang seperti BBM atau bahan pokok untuk meraih keuntungan. Tapi mereka pun menggunakan cara-cara yang melanggar hukum," ujarnya.
Selain rencana kenaikan BBM, secara khusus Yesmil juga menyoroti peningkatan kejahatan yang terjadi di wilayah Ibu Kota DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, akan dihelatnya Pemilukada Gubernur Juli mendatang, termasuk salah satu yang membuat masyarakat resah.
Yesmil juga menduga, meningkatnya tindak kejahatan ini, sengaja dibiarkan oleh oknum aparat penegak hukum. Hal tersebut ia duga untuk meraih kepentingan-kepentingan politis.
"Misalnya, aparat penegak hukum membiarkan kejahatan marak. Sehingga, masyarakat akan beranggapan bahwa pemerintahan sipil tidak berhasil menciptakan keamanan dan masyarakat akan merindukan suasana aman seperti sebelum reformasi. Maka dari situlah kepentingan politik seperti tentara itu bisa masuk," katanya Yesmil.