REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Untuk menggugah kesadaran donor darah kepada masyarakat, aktivis Yayasan Setetes Darah Sejuta Harapan (SETARA) mengajak warga dan karyawan Matahari Dept Store di Kota Tasikmalaya untuk donor darah, Rabu (12/10).
Selain memberikan penjelasan manfaat donor darah, para aktivis SETARA juga membagikan formulir untuk mengajak warga dan karyawan Matahari menjadi pendonor sukarela yang saat ini kuantitasnya masih rendah.
"Kebanyakan mereka belum mengerti dan belum paham tentang manfaat donor darah, sehingga perlu diberikan penjelasan. Padahal, selain manfaat bisa beramal bagi orang lain, juga kesehatan orang yang biasa donor darah semakin bagus. Makanya di mana pun berada, kami selalu mensosialisasikan kepada masyarakat agar mau menjadi pendonor sukarela," ujar Ketua Yayasan SETARA, Bayhaqi Umar.
Yayasan SETARA adalah lembaga amal yang bergerak dalam membantu para penderita thalassaemia untuk mendapatkan darah guna menyambung kehidupan mereka. Yayasan ini berdiri sejak tanggal 27 Juli 2010 di Kota Tasikmalaya.
Di pihak lain, manajemen Matahari Dept Store mempersilakan kegiatan tersebut berlangsung di kawasannya. Manajemen Matahari mengaku tersentuh setelah sedikit banyak mengetahui pentingnya donor darah usai mengikuti beberapa sosialisasi yang dilakukan Yayasan SETARA.
"Di sini, untuk karyawan pagi dan siang itu sekitar 250 orang yang terdiri dari SPG, staf, dan karyawan. Kami peduli dan siap menjadi pendonor sukarela. Hal ini pun rutin akan kami lakukan setiap tiga bulan sekali. Kalau momen saat ini sekaligus memperingati ulang tahun Matahari Dept Store yang ke-53 secara nasional dan ke-20 di Tasikmalaya," kata Supervisor Matahari Dept Store Tasikmalaya, Dede Wahyu.
Sementara itu, Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) PMI Tasikmalaya mencatat sebanyak 40 hingga 50 labu darah terpaksa dimusnahkan setiap bulannya karena mengandung penyakit. Pasalnya, jika darah tersebut digunakan akan mengakibatkan orang lain tertular penyakit berbahaya dan bisa mengancam keselamatan jiwanya.
"Setiap bulannya, antara 40 hingga 50 labu darah yang dimusnahkan karena berpenyakit. Labu-labu tersebut kemudian disortir dan dibuatkan berita acaranya untuk dimusnahkan oleh rekanan yang telah ditunjuk PMI," ungkap Koordinator Teknis UTDC PMI Tasikmalaya, Yusef Arianto.
Yusef menambahkan, PMI melakukan pemeriksaan tahap akhir terhadap kandungan darah yang didonorkan sebelum diberikan kepada yang membutuhkan. "Jadi saat diambil darahnya belum diketahui apakah orang tersebut berpenyakit atau tidak. Karena di awal pemeriksaan hanya pemeriksaan haemoglobin, tensi, dan golongannya saja. Namun, setelah tersimpan dalam labu, kemudian diperiksa lagi kandungannya sehingga ditemukan ada yang sehat atau memang berpenyakit," jelas Yusef.
Biasanya, pendonor yang berpenyakit dipanggil dan diberikan penjelasan mengenai kesehatannya. Jika penyakit yang dikandungnya masih stadium awal, yang bersangkutan disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara intensif. "Jadi donor darah itu selain bisa menolong orang sebagai ibadah, juga bisa mengetahui kesehatan diri sendiri dengan pemeriksaan darah gratis. Coba kalau pergi ke lab, berapa harus bayar?" imbuh Yusef.