REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Ulah para oknum mahasiswa yang kerap mengamen di sejumlah jalan raya di Kota Bandung, mendapat sorotan dari Ketua Umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), Soetrisno Bachir.
"Orang-orang seperti ini berbahaya dijadikan pemimpin bangsa di masa depan!" tegas Soetrisno, Sabtu (14/1).
Kepada wartawan, Soetrisno menceritakan sedikit temuannya di Kota Kembang pada Jumat (13/1) malam. Waktu itu, dia sedang dalam perjalanan menuju suatu kawasan di daerah Dago Bandung.
Ketika warna merah lampu lalu lintas menyala di salah satu perempatan jalan di Dago, sejumlah anak muda mendatangi mobilnya. Mereka bernyanyi sambil menyodorkan kotak agar diisi rupiah oleh Soetrisno.
"Awalnya saya pikir mereka mengamen untuk bhakti sosial atau untuk kegiatan kampus. Soalnya, waktu itu mereka mengenakan jas almamater berwarna merah," tutur Soetrisno. Karenanya, dia pun memasukkan sejumlah uang ke dalam kotak tersebut.
Rupanya, para 'pengamen intelektual' itu telah berhasil menipu Soetrisno. Hal tersebut disadarinya saat bersantap di food hall salah satu mal di Dago. Di tempat itu, Soetrisno kembali bertemu para mahasiswa yang tadi diberinya uang. Dia menyaksikan para pengamen itu tengah asyik menikmati hidangan. Padahal, kata dia, makanan di sana relatif mahal untuk ukuran mahasiswa. Soetrisno bahkan juga melihat para mahasiswa itu menghisap sisya (rokok ala Arab dengan tembakau beragam rasa).
"Saya ingat betul dengan para pengamen itu. Ternyata mereka menggunakan jas almamaternya untuk meminta-minta. Ingin rasanya saya menempeleng mereka." ujar Mantan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional tersebut sengit. Soetrisno layak geram. Karena menurut dia, hal tersebut sama saja dengan mendidik masyarakat untuk mengemis.
Berdasarkan pantauan, pengamen berjas almamater sering terlihat di Jl Juanda ke arah Bandung Indah Plaza. Selain itu, pemandangan serupa juga sempat terlihat di Jl Taman Sari dekat di dekat fly over Pasupati. Menurut salah seorang warga, Jeje (45), fenomena ini sudah berlangsung cukup lama. "Itu memang kerjaan mereka. Apalagi kalau malam Minggu," kata Jeje.
Saat dimintai konfirmasi, Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivananda, berjanji akan melakukan penertiban dan berkoordinasi dengan rektorat perguruan tinggi yang bersangkutan. "Jika memang ditemukan ada yang menggunakan jas almamater untuk mengamen," ujarnya.
Ayi berpendapat, jas alamamter merupakan simbol kebanggaan perguruan tinggi. Oleh karenanya, atribut itu seharusnya dipergunakan dalam kegiatan tertentu saja. Bukan untuk mengamen di jalan. "Apalagi jika dilakukan secara bergerombol, sehingga akan mengganggu kenyamana pengguna jalan." Kata Ayi.