Jumat 02 Mar 2012 15:54 WIB

Bensin Singkong Ala Dede Yusuf

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hafidz Muftisany
Dede Yusuf
Foto: Antara
Dede Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Diam-diam, selama enam bulan ini Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf sudah tak murni menggunakan bahan bakar minyak (BBM) lagi. Terutama, untuk motor kesayangannya. Dede, mencampur BBM dengan bensin singkong. Persentasenya, 50 persen BBM dan 50 persen bensin singkong.

Sebenarnya, bensin singkong tersebut bisa digunakan 100 persen pada semua kendaraan. Namun, lebih cocok untuk motor yang digunakan dengan kecepatan tinggi seperti motor balap. Karena, kandungan oktan yang ada dalam bensin singkong bisa menghasilkan tenaga yang besar pada kendaraan.  

 ‘’Saya ikut mengembangkan bensin singkong ini, karena terlibat dalam gerakan cinta singkong,’’ ujar Dede, Jumat (2/3).

Menurut Dede, bensin singkong ini dikembangkan oleh dirinya bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat. Tujuan pembuatan bensin dari singkong, untuk menyuplai bahan bakar kendaraan yang ada di desa dan kampung. Kalau  membeli bensin, harganya cukup mahal. Jadi, masyarakat diarahkan agar  bisa mengolah sendiri.

‘’Uji cobanya, memang dengan motor saya. Tapi, masih dicampur bahan singkong 50 persen dan BBM 50 persen,’’ tegas Dede.

Dede menjelaskan, untuk menghasilkan dua ribu liter bensin membutuhkan 2 ribu haktare hasil panen singkong. Jadi, satu hektare bisa menghasilkan satu liter bensin. Proses pembuatannya, singkong yang dipanen tersebut difermentasi. Hasil fermentasi, ini nantinya 90 persen menjadi ampas dan 10 persen menjadi aci.

‘’Aci ini, nanti dimurnikan lagi melalui sebuah proses biar bisa menjadi bensin,’’ imbuh Dede.

Sementara sisa ampas singkong, kata dia, nantinya bisa menjadi berbagai macam bahan. Dari mulai  bahan saos, bahan pembuat terigu, peyeum,  dan lain-lain. Jadi, dari proses pembuatan singkong menjadi bio fuel ini, tak akan ada yang terbuang. Semuanya, masih bisa dipakai. Bahkan, pupuk yang digunakan pada tanaman singkong pun terbuat dari ampas singkong yang diberi bakteri.

Singkong yang digunakan sebagai bahan baku bio fuel tersebut, manurut Dede, memang harus singkong khusus agar bernilai ekonomis. Yakni, singkong jenis hibrida. Kalau singkong jenis biasa, satu pohon hanya bisa menghasilkan 3 Kg saja. Namun, kalau singkong khusus, sekali panen bisa menghasilkan hingga 30 Kg. Menanam singkong jenis ini, cukup mudah. Tak perlu air yang banyak, asal pupuknya memadai. Pupuk yang digunakan, tak bisa pupuk urea atau kimia tapi harus pupuk organic yang terbuat dari bakteri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement